Posts

Showing posts with the label NASKAH DRAMA

CINTA IS (NOT) A GAME

Hermanjoyo SMU Kolese De Brito Yogyakarta Opening Empat orang pelajar di empat tempat yang berbeda sedang melakukan ritual ‘melepaskan hasrat’ muda remaja mereka, membuang gundah - mengusir gelisah pada khayalan yang memabukan atas nama satu perempuan pujaan – Cinta. Di kamar mandi Bogi menuntaskan hasratnya dengan menggunakan sabun. Di tempat tidur Anto bergulat melepaskan resah pada guling yang diapit kedua kaki persis di selangkangannya. Dono di ruang belajar duduk di depan meja belajar dengan satu tangan menggaruk-garuk selangkangannya sambil memandangi foto seorang model yang dipegangi tangan lainnya. Sementara Jonny memacu geloranya dengan mengusap-usap seluruh tubuhnya, sambil sebelah tangannya memegangi gagang telpon di telinga. Lenguhan dan sesekali kata “Cinta” mendesis dari mulut-mulut mereka. Tapak demi setapak mereka mendaki kenikmatan ala seks swalayan tersebut. Ketika puncak-puncak itu sudah mulai mendekat kata-kata “Cinta, Cinta. Cinta, Cinta….” Semakin cepat

TALI KASIH YANG TERKOYAK

Cerita Pendek Hermana HMT Pagi itu langit tak secerah hari-hari sebelumnya. Bagai sebuah brikade, gumpalan asap hitam sisa dari pembakaran rumah berarak tertiup angin mengitari pedusunan. Daerah yang pada mulanya penuh kedamaian dan sarat akan berbagai aktivitas kehidupan, namun pagi itu mendadak mati kutu, sunyi ditelan kerusuhan, kecemasan dan ketakutan para penduduknya. Nan jauh di sana, di jalan setapak, di belakan iring-iringan para pengungsi seorang nenek dan seorang anak laki-laki berusia sekitar empat tahun turut pergi menghindari kekacauan yang menimpa dusunnya. Menelusuri kehidupan baru yang belum jelas dapat menentukan arah nasibnya.

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA BABAK I ADEGAN 1 SERIBU WANITA BUNTING BERKUMPUL, DISUATU MALAM BERBULAN SERIBU WANITA BUNTING BERDO’A. DISUATU MALAM BERBULAN SERIBU WANITA BUNTING BERNYANYI, DISUATU MALAM BERBULAN (?)        : “Bulan,             Berilah aku setitik sinarmu             Untuk cahaya hidupnya bayi-bayiku     Agar  mereka lahir berbekal sinarmu     Hingga tak menemui jalanan gelap     Dalam nafas kehidupan ini”. SERIBU WANITA : “Bulan,              Temanilah malam, jangan lekas pergi              Agar kami tetap bernyanyi dalam lenteramu               Maka semua bayi hadir dalam lenteramu               Lalu menangis dan tertawa dalam lenteramu               Lalu mereka sirna dalam lenteramu”.               “Bulan! Bulan! Bulan!               Berilah dunia terangmu               Berilah hidup terangmu               Berilah Mas Joko terangmu               Berilah Bang Udin terangmu               Berilah Mang Amir terangmu               Bulan!

BUNGA DALAM MULUT Karya Luigi Pirandello

BUNGA DALAM MULUT Atau Pria dengan baju kembang-kembang Karya : Luigi Pirandello Terjemahan teater_matahari Penerjemah: Lady Lesmana 2002 Pria dengan baju kembang-kembang: Ah, sudah kelihatan! Anda memang orang yang sangat tenang… Anda ketinggalan kereta? Pelanggan: Satu menit saja, bayangkan! Aku sampai di stasiun dan kulihat keretanya berangkat, di depan mata. Pria dengan baju kembang-kembang: Anda ‘kan bisa lari mengejarnya!

TANAH AIR MATA Karya Burhanuddin Soebely

TANAH AIR MATA Karya Burhanuddin Soebely PEMBUKA Panggung redup. Di tengah panggung terletak sebuah langgatan. Tak jauh dari langgatan itu duduk perempuan 1 dan seorang anak kecil. Perempuan 1 itu lagi menganyam bakul. Anak kecil tengah membaca buku. Suara anak kecil itu suara khas anak SD yang tengah membaca, polos, nyaris tanpa artikulasi. ANAK KECIL Ada sebuah negeri, tempat kebaikan dan kejahatan bisa dirakit menjadi suatu bentuk keselarasan. Ada sebuah negeri, tempat ketidakjujuran dipelihara bersama. Sungguh, ada sebuah negeri, tempat orang ketawa bersama seraya makan tanah makan aspal makan semen makan gunung makan hutan makan jembatan; sementara berjuta pengeras suara mengumandangkan pembangunan, kemakmuran dan kesejahteraan. Terdengar suara tepukan tangan yang riuh.

LAWAN CATUR - Terjemahan WS RENDRA

LAWAN CATUR Karya Kenneth Arthur (Kenneth Sawyer Goodman) Terjemahan WS RENDRA Diketik ulang oleh Giri Ratomo SAMUEL Bagaimana, Antonio ( tersenyum ) Rupanya kau telah kehilangan kecerdikanmu ANTONIO Sebentar,Yang Mulia SAMUEL Pionnya barangkali.. ANTONIO Bukan ( main ) Nah… sudah SAMUEL Aha ! Begitu ? Bagus…bagus…! Kecerdikanmu telah kembali bukan ? ANTONIO Apakah waktunya sudah habis, Yang Mulia ? SAMUEL Belum. Kita masih punya waktu 10 menit untuk permainan ini. ANTONIO Yang Mulia sudah bosan main catur rupanya… SAMUEL Tidak. Aku tidak pernah bosan main catur. Dengar, Antonio. Apabila aku bosan main catur, itu artinya aku bosan hidup.permainan catur adalah tantangan bagi ketajaman otak dan kekuatan sikap jiwa manusia : sebagaimana taktik cinta, taktik perang, politik dan lain sebagainya. Apabila permainan caturku buruk, aku akan berhenti jadi Menteri Urusan Kepolisian. Kita orang pemerintah tidak hanya meletakkan nyawa dalam kekuatan tangan kita, namun

BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA

BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA : PUTU WIJAYA MALAM, DI TEMPAT KEDIAMAN GUSTI BIANG. SEBUAH BALE GEDE YANG DISEMPURNAKAN UNTUK TEMPAT TINGGAL. DI RUANG DEPAN ADA KURSI GOYANG DAN KURSI TAMU. INTERIOR KAMAR GUSTI BIANG (GUSTI BIANG MEMANGGIL-MANGGIL WAYAN). GUSTI BIANg    : Wayaaaan. Waaaaaaaaaaaaayyyaaaaaannnnn ….. !!!!!!! (GUSTI BIANG NGOMEL TERUS) INTERIOR, GUDANG, DAN DAPUR. (KELIHATAN NYOMAN SEDANG MENYIAPKAN MAKAN MALAM UNTUK GUSTI BIANG, SEMENTARA WAYAN MENGAMPELAS PATUNG) GUSTI BIANG    : Wayaaan … Wayaaaaaaaaaaaaannnn ……. !!! (NYOMAN MEMBERI ISYARAT KEPADA WAYAN). NYOMAN    : Benar Ida akan pulang hari ini? WAYAN        : YA ……….. INTERIOR RUANG TAMU GUSTI BIANG. GUSTI BIANG    : si tua itu tak pernah kelihatan kalau sedang dibutuhkan. Pasti ia sudah terbaring di kandangnya menembang seperti orang kasmaran, pura-pura tidak mendengar padahal aku sudah berteriak, sampai leherku patah. Wayaaaaaan ….. Wayaaaaan tuaaaaaaaaa ………….. WAYAN        : Nuna Sugere Gust

Naskah Monolog ALIBI oleh S. Jai

Naskah Monolog A L I B I S. Jai Keluarga adalah titik batas paling rumit, sekaligus pertarungan menakjubkan antara kepentingan pribadi dan masyarakat. Sulitnya perjuangan membebaskan pikiran dan kenyataan bahwa apa yang dimakan anggota keluarganya bukan hasil korupsi. MALAM HARI. PANGGUNG SISI KANAN SEBELAH BELAKANG ADA LUKISAN BESAR. BEGITU BESAR MENYERUPAI LAYAR. BEBERAPA GEDEBOK PISANG. TANAH ATAU JERAMI ATAU APA SAJA. DI ATASNYA SESEORANG TIDUR TELUNGKUP DENGAN POSISI SEPERTI BARU JATUH DARI LANGIT. MENGGENGGAM SEBENTUK GUNUNGAN. PANGGUNG SISI KIRI ADA MEJA DAN KURSI MALAS. SEPASANG SEPATU. BEBERAPA BAJU TERGANTUNG DI KAPSTOK DEKAT PINTU. BERSERAKAN KERTAS DAN BUKU. SEBUAH BOLA. BAGIAN PERTAMA LAMPU FADE IN PANGGUNG KANAN. SUASANA TEGANG MENCEKAM. SESEORANG MEMAINKAN SEBENTUK GUNUNGAN. GEMURUH BADAI. GELORA SAMUDERA. SULUK AMUK. SENANDUNG MERONTA.

Monolog DEMOKRASI karya Putu Wijaya

Monolog DEMOKRASI karya Putu Wijaya (DAPAT DIMAINKAN OLEH LELAKI ATAU PEREMPUAN) SEORANG WARGA DESA YANG TANAHNYA KENA GUSUR MEMBAWA PLAKAT BERISI TULISAN DEMOKRASI. SETELAH MEMANDANG DAN PENONTON SIAP MENDENGAR, IA BERBICARA LANGSUNG. Saya mencintai demokrasi. Tapi karena saya rakyat kecil, saya tidak kelihatan sebagai pejuang, apalagi pahlawan. Namun, saya tak pernah masuk koran. Potret saya tak jadi tontonan orang. Saya hanya berjuang di lingkungan RT gang Gugus Depan. Di RT yang saya pimpin itu, seluruh warga pro demokrasi. Mereka mendukung tanpa syarat pelaksanaan demokrasi. Dengan beringas mereka akan berkoar kalau ada yang anti demokrasi. Dengan gampang saya bisa mengerahkan mereka untuk maju demi mempertahankan demokrasi. Semua kompak kalau sudah membela demokrasi. MENGACUNGKAN PLAKATNYA. Demokrasi! TERDENGAR SERUAN WARGA BERSEMANGAT MENYAMBUT : DEMOKRASI! Demokrasi! SERUAN LEBIH HANGAT LAGI :

metaNIETZSCHE Boneka Sang Pertapa Oleh Whani Darmawan

metaNIETZSCHE Boneka Sang Pertapa Oleh Whani Darmawan “Dari semua yang telah ditulis, aku hanya mencintai apa yang ditulis seseorang dengan darahnya. Menulislah dengan darah dan kau akan dapati bahwa darah itu roh.” (Neitzsche, Sabda Zarathustra) (Sebuah interior rumah yang pengap, kotor, dengan sedikit cahaya masuk di dalamnya. Di dalam kegelapan itu tinggal seorang lelaki dengan raut muka keruh dan penampilan kucel. Di dalam ruangan itu terdapat ratusan buku berserakan, mesin ketik, sekelempit tikar kumuh, kursi roda tua, lengkap dengan “kecohan” yang terikat di tangan kursi, kapstock yang digantungi sebuah jubah putih. Tokoh kita yang bernama Bagal ini sedikit-sedikit mendehem, seolah selalu mengalir dahak di tenggorokannya dan tidak pernah berhasil dikeluarkan. Dalam kepengapan itulah tokoh sandiwara tunggal ini bergumam dengan kata-kata tidak jelas, tetapi lama kelamaan menjadi ledakan....) “Bagaaal! Kamu sungguh dunguu! Apa yang kau takutkan dari pertikaian silang-salin

Naskah Monolog AENG - Putu Wijaya

A E N G Putu Wijaya IA BERBARING DI LANTAI DENGAN KAKI NAIK KE KURSI. DI MEJA KECIL, DEKAT KURSI, ADA BOTOL BIR KOSONG SEDANG DI LANTAI ADA PIRING SENG. MUKANYA DITANGKUP TOPI KAIN. DI KAMAR SEBELAH TERDENGAR SESEORANG MEMUKUL DINDING BERKALI-KALI. Ya, siapa itu. Jangan ganggu, aku sedang tidur. GEDORAN KEMBALI BERTUBI. Yaaaa! Siapaaa? Jangan ganggu aku sedang tidur. GEDORAN BERTAMBAH KERAS. ORANG ITU MENGANGKAT TUBUHNYA. Ya! Diam kamu kerbau! Sudah aku bilang, aku tidur. Masak aku tidak boleh tidur sebentar. Kapan lagi aku bisa tidur kalau tidak sekarang. Nah begitu. Diam-diam sajalah dulu. Tenangkan saja dulu kepalamu yang kacau itu. Hormati sedikit kemauan tetangga kamu ini. (BERBARING LAGI) Ya diam. Tenang seperti ini. Biar aku dengar hari bergeser mendekatiku dengan segala kebuasannya. Tiap detik sekarang kita berhitung. Aku kecap detak-detak waktu kenyang-kenyang, karena siapapun tak ada lagi yang bisa menahannya untukku. Bahkan Tuhan juga sudah menampikku. Sebentar lag

AYAHKU PULANG

Karya Usmar Ismail DRAMATIC PERSONAE 1. RADEN SALEH                             Ayah. 2. T I N A                                            Ibu / Isteri Raden Saleh. 3. GUNARTO                                                 Anak laki-laki tertua Raden Saleh dan Tina. 4. MAIMUN                                        Adik laki-laki Gunarto / anak kedua Raden Saleh dan Tina. 5. MINTARSIH                                  Adik perempuan Gunarto dan Maimun / anak bungsu Raden Saleh dan Tina. PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN DALAM DARI SEBUAH RUMAH YANG SANGAT SEDERHANA DENGAN SEBUAH JENDELA AGAK TUA. DIKIRI KANAN RUANGAN TERDAPAT PINTU. DISEBELAH KIRI RUANGAN TERDAPAT SATU SET KURSI DAN MEJA YANG AGAK TUA, DISEBELAH KANAN TERDAPAT SEBUAH MEJA MAKAN KECIL DENGAN EMPAT BUAH KURSINYA, TAMPAK CANGKIR TEH, KUE-KUE DAN PERALATAN LAINNYA DIATAS MEJA. SUARA ADZAN DI LATAR BELAKANG MENUNJUKKAN SAAT BERBUKA PUASA. SEBELUM LAYAR DIANGKAT SEBAIKNYA TERLEB

Naskah Drama Teater - SIDANG SUSILA

SIDANG SUSILA Naskah: Ayu Utami & Agus Noor   OPENING Suasana murung dan menekan. Muncul serombongan Polisi Moral, yang berjalan menderap, tegas. Seakan mengawasi keadaan dengan sikap waspada dan curiga.Tampak segerombolan orang yang mengendap-endap menghindari Polisi Moral itu. Orang-orang itu ketakutan, langsung sembunyi begitu melihat Polisi Moral melintas. Sementara Polisi Moral itu terus berderap melintas, bagai menyebar ke seluruh penjuru kota. Mengawasi keadaan. Memasang bermacam tanda gambar yang penuh larangan. Ketika para Polisi Moral itu akhirnya melintas pergi, segerombongan orang yang tadi mengendap-endap itu tampak gembira. Tampak mereka kemudian bersiap untuk menggelar tayuban. SATU Tayuban sedang berlangsung di sebuah tempat di pingiran kota… Para penari tayub asik ngibing. Orang-orang yang yanggembira pun ikut menari dan berteriak-teriak menyenggaki goyang para penari. Mira, seorang penari tayub bergerak sensual, mengundang gairah para lelaki yang ikut berjoget