Posts

Showing posts with the label Materi Pembelajaran

KARAKTERISTIK SENI, BUDAYA DAN FILSAFAT

Langkah awal untuk menanggapi tema kali ini, kita harus terlebih dahulu berangkat dari permasalahan-permasalahan dimana kita ketahuai sejak awal bahwa yang namanya dunia timur selalu terbelakang dari dunia barat. Baik dari segi peradaban, budaya, seni, dan apalagi ilmu pengatahuan (intelektual). Seakan bagi dunia barat timur tak pernah ada baiknya sama sekali. Kita sepakati bahwa ilmu pengetahuan merupakan representasi fakta; ungkapan kembali dari fakta, sehingga gambaran mengenai fakta dan dunia sangat tergantung dengan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan atau sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan. Namun perlu kita akui sampai saat ini dunia keilmuan Barat dan bangsa lain yang terhegemoni oleh Barat, berada dibawah dominasi paradigma positivisme. Paradigma ini ambil bagian paling besar dalam mempopulerkan, bahkan membidani “kelahiran” norma-norma ilmiah yang kemudian disebut metodologi ilmiah itu. Jika dunia ini, misalnya, ada wilayah keimanan (teologi), ada wilayah penalar

Pokok - Pokok Pemikiran M. Heidegger

Salah satu pemikiran hermeneutic M. Heidegger sebagai berikut: Fenomenologi Sebagai Hermeneutik Fenomeenologi menurut Heidegger akar kata yunani phainomenom atau phainesthai, dan logos. Heidegger mengatakan, Phainomenom bermakna yang memperlihakan dirinya sendiri, sesuatu yang termanifestasi, diilhami, kata pha sama dengan kata Yunani phos, yang berarti cahaya atau terang benerang, sesuatu yang dapat dimanifestasikan, dapat terlihat. Dengan begitu, fenomena merupakan kumpulan apa yang dapat diungkap ke dalam sinaran hati, atau dapat dibawa ke dalam cahaya, apa yang secara sederhana dapat diidentifikasikan oleh orang yunani dengan to onta, des seiende, apa adanya.[3] Akhiran, ology-ology dalam Phenomenologi berakar dalam kata yunani logos. Heidegger menyebutkan bahwa logos adalah sesuatu yang dipahami dalam pembicaraan, makna dalam kata logos dengan begitu adalah sesuatu yang dengan sendirinya membiarkan sesuatu itu muncul. Logos tidak diartikan Heidegger sebagai sesuatu seperti “n

Mengolah Data Dalam Penelitian Kualitatif

Data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Teks, picture, simbol, penangkapan observer adalah sekumpulan data yang harus diolah. Bahkan menurut saya mengolah bukan tindakan atau perilaku baku sebagaimana halnya langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian kuantitatif. Hakekatnya dalam penelitian kualitatif, mengolah data adalah memberi kategori, mensistematisir, dan bahkan memproduksi makna oleh si “peneliti” atas apa yang menjadi pusat perhatiannya. Mile dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim (2006: 20-24), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah langkah yang sangat luwes, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan se

Al-Kindi Perintis Pemikiran Radikal dalam Tradisi Filsafat Islam

“Kita bebas mencari kebenaran dari sumber manapun, meskipun ia berasal dari bangsa-bangsa yang jauh dan berbeda dengan kita sekalipun. Sebab tak ada yang lebih berharga bagi para pencari kebenaran kecuali kebenaran itu sendiri.” (Al-Kindi) A.  Sketsa Biografis Al-Kindi Lengkapnya bernama Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq al-Sabbah, ibnu al-Ash’ats bin Qois Al-Kindi. Filosof yang mengaku keturunan kabilah Kindah ini terlahir di kota Kufah pada tahun 185 H/801 M. Kindah adalah salah satu suku Arab yang memiliki populasi besar di zaman pra-Islam. Kakeknya, Ash’ats bin Qois, memeluk Islam dan dianggap sebagai salah seorang sahabat Nabi SAW yang taat. Al-Ash’ats bersama beberapa para perintis Muslim pergi ke Kufah untuk berdakwah. Di kota inilah, ia dan keturunannya bermukim dan menghabiskan usia. Al-Kindi berasal dari keluarga ningrat. Ayahnya bernama Ishaq al-Sabbah. Ia adalah seorang gubernur Irak pada masa daulah Abbasiyah. Tepatnya pada masa pemerintahan al-Mahdi dan Harun ar-Rasyid.

Makna Warna Secara Filosofis

Image
Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan. 1. Merah Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, bahaya. Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain. Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal. Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti 'bahagia' di budaya Oriental. 2. Jingga 3. Kuning Optimis, Harapan, Filosofi, Ketidak jujuran, Pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan. Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu. 4. Hijau Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan. Warna Hijau tidak terlalu 'sukses' untuk ukuran Global. Di Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat sambutan. Te

PROBLEMATIKA POLA TARBIYAH MODERN

Tujuan pendidikan modern adalah tercapainya tujuan materi yang berkembang menjadi rasa cinta terhadap pekerjaan dan produksi dengan mengesampingkan nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan (Najib Khalid Al-amir: Tarbiyah Rasulullah). Dewasa ini pendidikan sudah benar-benar jauh dari hakikat tarbiyah (red: pendidikan) seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pola-pola yang diterapkan dalam mengajarkan sesuatu terhadap kaum akademisi telah menyimpang dari tujuan yang sebenarnya. Sehingga tujuan tersebut akan melahirkan produk-produk pendidikan yang materialis. Mereka dibentuk dengan mindset yang cenderung mengedepankan kepentingan materi sebagai tujuan akhir dan utama serta tidak lagi mengindahkan tata nilai dan norma-norma yang ada, baik dalam komunitas sosial maupun agama. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi pada dewasa ini, sering terjadi fenomena-fenomena penindasan, penipulasia dan terkikisnya nilai-nilai moral, disebabkan pola tarbiyah modern yang sangat tidak sesuai dengan

MATERI METODOLOGI PENELITIAN

Image
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.