PROBLEMATIKA POLA TARBIYAH MODERN

Tujuan pendidikan modern adalah tercapainya tujuan materi yang berkembang menjadi rasa cinta terhadap pekerjaan dan produksi dengan mengesampingkan nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan (Najib Khalid Al-amir: Tarbiyah Rasulullah).
Dewasa ini pendidikan sudah benar-benar jauh dari hakikat tarbiyah (red: pendidikan) seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pola-pola yang diterapkan dalam mengajarkan sesuatu terhadap kaum akademisi telah menyimpang dari tujuan yang sebenarnya. Sehingga tujuan tersebut akan melahirkan produk-produk pendidikan yang materialis. Mereka dibentuk dengan mindset yang cenderung mengedepankan kepentingan materi sebagai tujuan akhir dan utama serta tidak lagi mengindahkan tata nilai dan norma-norma yang ada, baik dalam komunitas sosial maupun agama. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi pada dewasa ini, sering terjadi fenomena-fenomena penindasan, penipulasia dan terkikisnya nilai-nilai moral, disebabkan pola tarbiyah modern yang sangat tidak sesuai dengan hakikat tarbiyah Rasulullah SAW sejak dulu. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa tujuan pendidikan modern hanya berorentasi kepada materi semata. Semua dikalkulasi dengan materi baik dalam gaya hidup, berinteraksi dengan teman, dan hubungan kekeluargaan, bahkan dalam keagamaan pun dinilai dengan materi. Misalnya, seorang kiai atau guru ngaji pada saat ini mereka dituntut oleh jaman untuk kaya (berkecukupan dalam material), sebab jika mereka tidak berkecukupan secara material dalam hidupnya saat ini, tidak menutup kemungkinan mereka akan dianggap hanya untuk menagih zakat atau imfaq saja ketika hendak bersilaturrahim ke rumah santri-santrinya. Hal seperti itu terjadi dalam kehidupan masyarakat disebabkan pola pendidikan modern saat ini yang sangat mempengaruhi pribadi seseorang atau masyarakat. Dimata mereka hanyalah money, money, dan money. Semuanya serba diukur dengan materi. Akibat dari semua itu membuat kaum akademisi menjadi manusia rakus dan tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukan apa saja  demi untuk mendapatkan uang (money) tanpa harus mempertimbangkan halal haramnya lagi. Seperti halnya kasus-kasus korupsi yang terjadi di Negara kita saat ini k.
Nilia-nilai moral mereka sudah merosot sehingga dengan mudah mereka melakukan hal tersebut tanpa sadar merugikan khalayak orang banyak. Dalam diri dan otak mereka hanya materi dan bahkan mereka menuhankan uang dalam hidupnya. Ketika seperti itu, perlu kita sepakati bahwa perubahan pola pendidikan (tarbiyah) dari system lama ke system baru telah menjadi suatu perubahan ke arah yang lebih buruk. dan harus kita akui  tentang output-output kaum akademisinya yang hanya menjadi manusia-manusia tikus berdasi (rakus, licik dan bejat). Realitas tersebut merupakan sebuah problem besar dalam dunia pendidikan yang seharusnya mendapat perhatian serius dan sudah mulai disolusikan penyelesaiannya. Sebab sudah tak dapat disangkal lagi bahwa metode-metode pendidikan kali ini dengan tanpa disadari telah terlepas dari hakikat tarbiyah yang sudah Rasulullah ajarkan, yang berarti pula bahwa metode-metode tersebut harus sudah mulai dipertanyakan keberadaannya, fungsi serta hasil penerapannya. Bahkan dapat diklaim bahwa metode pendidikan modern ini sudah gagal, gagal dari tujuan pendidikan pada yang seyogianya, yakni untuk menciptakan manusia yang humanis, manusia yang bijak serta dapat merefleksikan nilai-nilai baik atas segala pengalaman belajarnya.
Lalu bagaimana kita  dihadapkan pada kondisi yang demikian? Pertanyaan ini memaksa kita untuk mencari  jawaban, lebih-lebih agar dapat mengambil sikap akan persoalan tersebut. Sebagai masyarakat pelajar, tentu  kita tidak dapat mengacuhkan kondisi ini di luar diri kita. Seharusnyalah kita dapat mencari solusi dalam upaya mengembalikan nilai-nilai dan tujuan tarbiyah pada pola-pola pendidikan Rasulullah SAW. Sebagian solusi terpenting dari problematika itu kita harus mampu mendidik dan memberi keteladanan yang baik terhadap adik-adik (generasi kita) ke jalan yang sesuai dengan tarbiyah Rasulullah sejak dulu. Agar mereka menjadi generasi yang betul-betul sesuai dengan impian yang diharapkan oleh bangsa, Negara maupun agama  itu sendiri. Dan yang paling mendasar menurut pak Mukani M.pd.I dalam buku terjemahannya Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam adalah kesadaran kita sebagai seorang pendidik bahwa kita tidak hanya dituntut untuk menjadi manusia-manusia yang mengajar akan tetapi juga menjadi orang yang baik dan mampu memberikan contoh keteladanan yang dapat diterima oleh kaum akademisi dengan penuh keyakinan dalam hatinya. Supaya krisis keteladanan yang telah mewabah di seluruh wilayah dunia muslim ini dapat diatasi secara baik. Sebab menjadi seorang pendidik bukanlah hanya bertanggung jawab dalam memberi materi atau arahan-arahan dengan segala prosedur yang ada, akan tetapi mereka adalah pendidik yang sudah barang tentu lebih dari sekedar bertugas memberikan materi-materi ajar semata, lebih-lebih memberi contoh keteladanan yang baik terhadap kaum akademisi. Sebab mereka (seorang pendidik) sebagai pioner bagi kaum akademisinya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Rasulullah sangat mengedepankan keteladanannya (akhlaqul qarimah) dalam menyampaikan risalah Islamiah kepada umatnya. Selain itu metode-metode penyampaiannya tidak bertendensi terhadap tujuan material seperti yang tengah terjadi pada pendidikan kita saat ini. Maka dari itulah Islam berkembang mencapai kejayaannya sampai keseluruh dunia dan mampu memberikan sumbangsi berbagai ilmu pengatahuan terhadap seluruh umat manusia. Dari berbagai solusi yang diajukan di atas perlu sekiranya kita merealisasikan sebagai upaya untuk pencapaian tujuan yang telah kita harapkan dan cita-citakan sejak awal. Agar pola-pola pendidikan kita yang sedemikian buruknya ini, benara-benar dapat kita rubah pada hakikat tarbiyah yang sudah di contohkan  oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-harinya.

Namun dalam persoalan diatas  perlu kita garis bawahi  bahwa seburuk apapun pola pendidikan (tarbiyah) kita saat ini, semua itu tetap ada manfaat yang dapat kita ambil meskipun pada dasarnya tidak begitu diharapkan oleh umat muslim. Paling tidak kita mendapatkan Ijazah atau Titel, dan itu menjadi tanda pembeda antara orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan dengan yang mengenyamnya. Seperti dalam filosofi Madura mengatakan bahwa “Bhali’ akalambiya ba’ juba’ katembang dhaddhi molangkeng.” Maksudnya adalah lebih baik bersekolah (kuliah) meski hanya semata-mata demi untuk mendapatkan Ijazah atau Titel dari pada tidak bersekolah (kuliah) sama sekali. Kalimat yang sangat sederhana, namun memiliki makna filosofi  yang lumayan mendalam. Jadi seburuk apapun pola pendidikan (tarbiyah) kita pada saat ini, semua pasti ada manfaat dan hikmah yang terselubung di dalamnya yang patut kita banggakan. Akan tetapi uyapa pengembalian terhadap pola-pola tarbiyah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW tetap kita lakukan dan usahakan. Dan semoga kita mampu mengubah pola pikir pendidikan modern saat ini pada generasi mendatang, tentunya ke arah yang lebih baik seperti yang dicita-citakan leluhur Islam. Demi untuk terciptanya keharmonisan dan keselarasan dalam berbangsa dan bernegara maupun beragama.
Semoga,!!!!

Comments

Popular posts from this blog

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA

Pemikiran Susanne K. Langer Dalam Memabaca Simbol Pada Seni