Posts

Naskah Drama Teater - MALAM JAHANAM

MALAM JAHANAM KARYA : MOTINGGO BOESJE DIPINGGIRAN LAUT KOTA KAMI, PARA NELAYAN TAMPAK SELALU GEMBIRA MESKIPUN MISKIN. RUMAH MEREKA TERDIRI DARI GUBUK, TIANG BAMBU BERATAP DAUN KELAPA. SUARA MEREKA YANG KERAS DAN GURAUAN KASAR MEREKA, SEOLAH MENGESANKAN BAHWA MEREKA KURANG AJAR. BEGITU PULA PAKAIAN MEREKA, YANG LELAKI BERCELANA KATOK DAN BERBAJU KAOS HITAM DENANG GOLOK DIIKAT DI PINGGANG. KAIN SARUNG TERSELEMPANG, BERKOPIAH DAN MATA YANG TAJAM MENGESANKAN DARAH YANG KERAS. PERERMPUAN DISINI BERBICARA PEDAS, PENUH GAIRAH DAN PAHIT. PAKAIAN MEREKA MENCOLOK DI TUBUH PADATNYA, MENCOLOK SEPERTI KETAWANYA YANG KERAS, SAMBIL BIBIR BERGINCU ITU MELEMPARKAN SENYUM YANG SEOLAH-OLAH KURANG AJAR. TETAPI BETAPUN SEBENARNYA, MEREKA, SEPERTI DIMANA-MANA MEMPUNYAI JUGA KELEMBUTAN HATI DAN KETULUSAN, BIARPUN MUNGKIN KETULUSAN YANG AGAK BODOH. MALAM INI SEMUA ITU TERJADI. I MALAM INI, PERKAMPUNGAN NELAYAN ITU, DIRUMAH MAT KONTAN DAN SOLEMAN TAMPAK SEPI. BARANGKALI HAMPIR SEISI KAMPUNG MELIHAT  UBRUK,

Naskah Drama Teater - Mak Comblang

Mak Comblang Adaptasi dari “ The Marriage “ Karya : Nikolai Gogol MAK COMBLANG Sebuah adaptasi dari “The Marriage” Karya Nikolai Gogol ( 1809 – 1852 ) Terjemahan Asrul sani dan Teguh Karya Praktek Comblang merupakan hal yang amat lumrah dimana saja di dunia ini, bahkan pada abad modern sekarang ini. Gogol menyindir dengan keras praktek Comblang semacam itu, juga orang-orang yang mabuk kekayaan, feodalisme dan mabuk kekuasaan. “Mak Comblang” menggambarkan segala macam tingkah manusia, orang-orang yang ambisius, angkuh, sok priyayi, kenes dan mmbanggakan diri secara berlebihan, serta orang yang kehilangan akal sehatnya karena haus kekayaan. Mereka menganggap perkawinan hanyalah transaksi dagang yang selalu harus memperhitungkan untung dan rugi secara materi.

Naskah Drama Teater - KERETA KENCANA ( Les Chaises )

KERETA KENCANA ( Les Chaises )      Karya : Eugene Ionesco Terjemahan : W.S. Rendra Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Kesenian Yogyakarta 2004 ( WAKTU LAYAR DIBUKA PANGGUNG GELAP DAN SUNYI, KEMUDIAN TERDENGAR SUARA) ………………… Wahai, Wahai……………….. Dengarlah engkau dua orang tua yang selalu bergandengan, dan bercinta, sementara siang dan malam berkejaran dua abad lamanya. Wahai, wahai dengarlah ! Aku memanggilmu. Datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menyambut engkau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin, musim gugur menampari pepohonan dan daun-daun yang rebah berpusingan. Wahai, wahai ! Di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencanaa untuk menyambut engkau berdua. Kereta kencana, 10 kuda 1 warna. ( EMPAT KETUKAN, SETELAH ITU NENEK MASUK DENGAN LILIN MENYALA. DUHAI GUGUPNYA) NENEK    : Henry, engkaukah itu ?     Henry….. ah…. dari mana engkau sayang ? ( NENEK BERJALAN DENGAN LILIN MENYALA, IA DUDUK

Naskah Teater - HRR!

HRR! Naskah: Eko Ompong -O- BEBERAPA ANAK SEDANG BERMAIN. KEGEMBIRAAN NAMPAK DALAM WAJAH MEREKA. MESKI BEGITU, ANAK-ANAK SELALU BERMAIN DENGAN SERIUS. YA, MEREKA SEPERTI TIDAK SEDANG MAIN-MAIN. BAHKAN ADA SATU ATAU DUA ANAK YANG NAMPAK MENGATUR KAWANNYA. HEBATNYA SETIAP PERMAINAN DIKERJAKAN DENGAN TULUS, SEOLAH TAK ADA PAKSAAN. SEMUA MENGALIR, SAMPAI SUATU SAAT, PERMAINAN MEREKA TERHENTI. SESOSOK BERWARNA LAIN LEWAT TANPA KATA. ANAK-ANAK MEMATUNG. WAKTU BERHENTI. NAFAS TERTAHAN. AKHIRNYA, SOSOK ITU HILANG DARI PANDANGAN. -I- WAKTU KEMBALI BERDETAK. NAFAS KEMBALI MENGALIR. ANAK-ANAK KEMBALI PADA DUNIANYA. A:    Pada semesta kita berada. D:    Pada hidup semua berawal. C:    Satu-satu. B:    Bersama. A:    Kebersamaan adalah segala bagi perkembangan hidup yang selalu melahirkan generasi. C:    Apa yang akan diperbuat tanpanya? B:    Gunung menjulang tinggi tidak berdiri sendiri meski nampaknya demikian. D:    Angin, air, tanah, api, bergerak mencipta hidup bagi makhluk  bumi. Penuh

NASKAH DRAMA TEATER Part 2

1.     ARCHITRUC: MEMANDANG KE SEBERANG ABSURDITAS         Sebuah tulisan tentang karya seni tidak bisa lain kecuali bersifat subjektif. Tampaknya terdapat suatu kontradiksi yang menarik, yaitu bahwa karya seni yang merupakan hasil kerja subjektivitas seniman hanya dapat diterima oleh subjektivitas lagi. Suatu karya seni adalah perkawinan atau pergulatan antara pikiran dan perasaan seniman yang subjektif dengan masalah objektif yang menghadang seniman dalam kehidupannya. Pikiran dan perasaan seniman tidak bisa lain kecuali bersifat subjektif, karena dibentuk oleh lingkungan serta riwayat sang seniman yang amung (unik). Subjektivitas inilah yang kemudian tampil bersama objektivitas yaitu masalah, di dalam karya seninya. Kalau masalah yang bersifat objektif dari suatu karya seni dapat diterima dengan pikiran objektif penulis, maka subjektivitas sang seniman tidak bisa lain kecuali diterima oleh subjektivitas penulis pula. Nuansa-nuansa perasaan, kecemasan-kecemasan dan harapan-harapan