Sejarah Lahirnya Agama Zoroaster - Sejarah Agama-agama
Kepercayaan akan yang metafisik menjadi tema penting dalam setiap peradaban manusia, yang kemudian terinstitusi dalam agama. Sejak manusia primitif hingga modern bahkan posmodern, dari ujung Timur hingga ujung Barat, agama tetap bertahan sebagai tema penting dalam menghadapi persoalan-persoalan ummat manusia.
Kehadiran agama dalam sejarahnya menjadi jawaban atas ketidakmampuan manusia menghadapi alam. Walaupun, dalam pemikiran yang paling mutakhir, ada semacam upaya para pemikir menghindari dari yang metafisik karena ia menjadi sumber dehumanisasi. Kenyataannya, konsep yang absolut tidak mau beranjak dari pemikir yang paling sekuler sekalipun.
Seperti halnya dalam tulisan ini kami mencoba menjelas lagi secara gamplang mengenai agama Majuzi (Zoroaster).
SEJARAH LAHIR DAN PERKEMBANGANYA
Zarathustra atau Zoroaster adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup sekitar abad ke-6 SM. Zarathustra berasal dari keturunan suku Media. Ia adalah seorang imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Sebelumnya, agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran seperti politeisme, paganisme, dan animisme. Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual. Zarathustra ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang berkembang di Persia saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan. beliau mulai mengajarkan agama yang benar. Selama sepuluh tahun yang meletihkan, beliau menabur benih dan hanya berhasil mendapatkan seorang pengikut, yakni saudara sepupunya sendiri, Maidhyoimanha. Beliau menghadapi penganiyaan dan apa yang tampak seperti menghadapi kegagalan saja. Kedukaan hatinya tercurah seperti tampak jelas dalam kitab Gatha.
Pada tahun keduabelas kenabiannya, Ia pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirnya dan mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya ke Chorasma atau (Qarazm). Pada tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vishtaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Massa rakyat mengikuti kebangkitan para pemimpinnya, dan agama Majusi segera tegak sebagai agama Iran. Barulah Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang menjadi pengikutnya. Sukses yang mendadak dari agama yang baru ini memacu jalan ke arah peperangan antara Iran dan Turan. Zarathushtra tidak percaya dengan peng-gunaan senjata dalam menarik pengikut kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang untuk membela diri guna menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain. Prof. Wadia menulis: “Majusi sendiri tidak memaksa dalam perkara agama. Dia menyerahkan kepada itikad baik rakyat. Bila mereka menganutnya, dia pasti akan bahagia, namum bila mereka tidak mengikutinya, dia hanya menunjukkan akibat-akibat jalan yang akan dialaminya.
Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Zarathustra meninggal di usia 77 tahun. Ketika Islam berkuasa di Persia tahun 636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami kemunduran. Banyak penduduk Persia yang lebih tertarik kepada agama Islam. Sekelompok pemeluk Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan menetap di Bombay. Di sana mereka dikenal dengan se butan orang-orang Parsi.
Artikel Terkait : TEORI PENDEKATAN TENTANG ADANYA TUHAN
AJARAN-AJARANNYA
Agama yang diajarkan oleh Zarathusthra telah dikenal sebagai agama Zoraster, tetapi sesungguhnya nama yang diberikannya sendiri adalah agama Mazhayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni Tuhan Maha Segala Yang Esa, Sejati, dan Maha Mengetahui.
Setelah berhasil melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat Ahura Mazda. Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan semakin lebarlah jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka semakin sempitlah jembatan itu hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh dari Jembatan Cinvat. Di bawah jembatan inilah terdapat neraka yang penuh api, sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Menurut ajaran Zoroastrianisme, dunia akan mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa baik yang masih hidup dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat. Pembaruan dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti.
Dan di agama ini terdapa beberapa ritus yang diantaranya:
KITAB SUCINYA
Kitab suci penganut Zoroaster adalah kumpulan tulisan-tulisan sakral yang dikenal dengan Avesta yang terbagi menjadi empat bagian. Sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Golden Trayon. 1986.
Pat Fisher, Mary. An Encyclopedia of The World's Faith Living Religions. Tauris Publisher. 1997.
Wadia, A. R. The Life and Teaching of Zoroaster. G. A. Natesan adn Co. Madras. 1938.
Dhavamony, M. Fenomenologi Agama. Jogjakarta: Kanisius. 1995.
Boyce, Mary. A History of Zoroastrianism. Leiden: E.J Brill. 1996.
Morgan, Diane. The Best Guide to Eastern Philosophy and Religion. Renaissance Books. 2001.
Nigosian, S.A. World's Faiths. St.Martin's Press. 1990.
Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Jogjakarta: Kanisius 2006.
Kehadiran agama dalam sejarahnya menjadi jawaban atas ketidakmampuan manusia menghadapi alam. Walaupun, dalam pemikiran yang paling mutakhir, ada semacam upaya para pemikir menghindari dari yang metafisik karena ia menjadi sumber dehumanisasi. Kenyataannya, konsep yang absolut tidak mau beranjak dari pemikir yang paling sekuler sekalipun.
Seperti halnya dalam tulisan ini kami mencoba menjelas lagi secara gamplang mengenai agama Majuzi (Zoroaster).
SEJARAH LAHIR DAN PERKEMBANGANYA
Zarathustra atau Zoroaster adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup sekitar abad ke-6 SM. Zarathustra berasal dari keturunan suku Media. Ia adalah seorang imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Sebelumnya, agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran seperti politeisme, paganisme, dan animisme. Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual. Zarathustra ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang berkembang di Persia saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan. beliau mulai mengajarkan agama yang benar. Selama sepuluh tahun yang meletihkan, beliau menabur benih dan hanya berhasil mendapatkan seorang pengikut, yakni saudara sepupunya sendiri, Maidhyoimanha. Beliau menghadapi penganiyaan dan apa yang tampak seperti menghadapi kegagalan saja. Kedukaan hatinya tercurah seperti tampak jelas dalam kitab Gatha.
Pada tahun keduabelas kenabiannya, Ia pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirnya dan mengembara ke Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya ke Chorasma atau (Qarazm). Pada tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vishtaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Massa rakyat mengikuti kebangkitan para pemimpinnya, dan agama Majusi segera tegak sebagai agama Iran. Barulah Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang menjadi pengikutnya. Sukses yang mendadak dari agama yang baru ini memacu jalan ke arah peperangan antara Iran dan Turan. Zarathushtra tidak percaya dengan peng-gunaan senjata dalam menarik pengikut kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang untuk membela diri guna menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain. Prof. Wadia menulis: “Majusi sendiri tidak memaksa dalam perkara agama. Dia menyerahkan kepada itikad baik rakyat. Bila mereka menganutnya, dia pasti akan bahagia, namum bila mereka tidak mengikutinya, dia hanya menunjukkan akibat-akibat jalan yang akan dialaminya.
Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Zarathustra meninggal di usia 77 tahun. Ketika Islam berkuasa di Persia tahun 636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami kemunduran. Banyak penduduk Persia yang lebih tertarik kepada agama Islam. Sekelompok pemeluk Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan menetap di Bombay. Di sana mereka dikenal dengan se butan orang-orang Parsi.
Artikel Terkait : TEORI PENDEKATAN TENTANG ADANYA TUHAN
AJARAN-AJARANNYA
Agama yang diajarkan oleh Zarathusthra telah dikenal sebagai agama Zoraster, tetapi sesungguhnya nama yang diberikannya sendiri adalah agama Mazhayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni Tuhan Maha Segala Yang Esa, Sejati, dan Maha Mengetahui.
- Konsep Ketuhanan
- Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas Api.
- Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai Sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik.
- Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam
- Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah
- Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan
- Konsep mengenai Penciptaan
- Konsep Eskatologi
Setelah berhasil melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat Ahura Mazda. Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan semakin lebarlah jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka semakin sempitlah jembatan itu hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh dari Jembatan Cinvat. Di bawah jembatan inilah terdapat neraka yang penuh api, sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Menurut ajaran Zoroastrianisme, dunia akan mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa baik yang masih hidup dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat. Pembaruan dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti.
- Konsep mengenai Etika Hidup
Dan di agama ini terdapa beberapa ritus yang diantaranya:
- Ritus kematian
- Ritus Naojote
- Upacara keagamaan
KITAB SUCINYA
Kitab suci penganut Zoroaster adalah kumpulan tulisan-tulisan sakral yang dikenal dengan Avesta yang terbagi menjadi empat bagian. Sebagai berikut:
- Kitab Yasna yaitu kumpulan doa-doa dan aturan-aturan ibadah. Kitab Yasna juga mencakup Ghata yakni kumpulan puji-pujian yang dipercayai sebagai hasil tulisan dari Zoroaster. Ghata terdiri dari 17 puji-pujian yang dibuat dalam bentuk puisi yang sulit diterjemahkan dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu.Puisi ini menceritakan tentang perjumpaan Zoroaster dengan Tuhan dalam suatu penglihatan.
- Kitab Visparat berisi puji-pujian penuh hormat serta permohonan kepada Tuhan.
- Kitab Vivevdat (Vendidad) yaitu tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ritual pemurnian.
- Kitab Khode Avesta, yaitu buku kumpulan doa sehari-hari yang di dalamnya juga mencakup Yashts, kumpulan puji-pujian dan puisi tentang kepahlawanan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Golden Trayon. 1986.
Pat Fisher, Mary. An Encyclopedia of The World's Faith Living Religions. Tauris Publisher. 1997.
Wadia, A. R. The Life and Teaching of Zoroaster. G. A. Natesan adn Co. Madras. 1938.
Dhavamony, M. Fenomenologi Agama. Jogjakarta: Kanisius. 1995.
Boyce, Mary. A History of Zoroastrianism. Leiden: E.J Brill. 1996.
Morgan, Diane. The Best Guide to Eastern Philosophy and Religion. Renaissance Books. 2001.
Nigosian, S.A. World's Faiths. St.Martin's Press. 1990.
Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Jogjakarta: Kanisius 2006.
butuh dana cuma bermodal 10.000 mari gabung di poker terpercaya hanya di WWW.FANSPOKER.COM
ReplyDelete|| bbm : 55F97BD0 || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||