TEORI PENDEKATAN TENTANG ADANYA TUHAN - Semantika Allah


Semantika Allah
Kemunculan semantik sebagai bagian dari linguistik modern yang dipelopori oleh Braille di akhir abad 19 masih menjadi perdebatan. Tesisnya yang berjudul Essai de Semantique merupakan suatu perkembangan terhadap keperluan makna terhadap simbol-simbol teks yang berlandaskan teks itu sendiri.

Dalam al-Qur’an, Allah merupakan kata fokus tertinggi yang menguasai sistem dan kata yang melingkari seluruh teks al-Qur’an. Pada proses ini Allah dalam aspek linguistik menjadi rujukan terhadap perkembangan makna al-Qur’an. Sebagian struktur konsep Allah di transformasikan dalam sistem yang dinamakan “Asmaul Husna”. Tentu saja konsep ini dapat menggambarkan setiap pemahaman makna Allah dalam teks al-Qur’an dari satu ayat kepada ayat yang lain, atau dalam bahasa yang lebih umum adalah kesinambungan ayat untuk memberikan kejelasan makna ayat al-Qur’an yang secara tematik tidak sistematis. Kajian selanjutnya adalah pada istilah nama-nama konsep ketuhanan Allah dan sifat yang ada pada Allah.

Hubungan Allah dan manusia adalah permasalahan teologi yang diperdebatkan ulama kalam. Ini terjadi karena perbedaan pandangan tentang kehendak Allah dan perbuatan manusia. Apakah perbuatan manusia adalah hasil dari manusia itu sendiri atau merupakan kehendak mutlak dari Allah sebagai zat yang mahakuasa. Pengakuan ketuhanan adalah manifestasi dari perimbangan pikir dan emosional untuk betul-betul berani mengatakan Allah adalah Tuhan.

Dalam pembahasan semantik sebagai ilmu makna, akan kami sajikan beberapa pendekatan makna secara linguistik pada ayat suci dengan contoh yang mudah.
  • Semantik Sebagai Ilmu Makna
Semantik adalah suatu ilmu yang membahas makna yang juga berasal dari bahasa yunani:sema bermakna tanda (sign) yang digunakan dengan ungkapan filsafat semantik (semantic philosophy) ilmu ini juga sebagai rujukan untuk mempelajari tentang makna. Pada awal perkembangannya yang dibawahi oleh Bloomfield (1939) yang berargumen tentang perkataan yang melibatkan penutur dan pendengar berdasarkan rangsangan dan responnya(stimulus-respon),tetapi ilmu ini tidak mendapatkan tempat dihati para ahli linguistic, ilmu filologi dan tata bahasa. Beberapa teori yang berkembang, semantik menjadi bagian bidang linguistik yang secara khusus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan makna suatu bahasa yang terbentuk dalam kata,kalimat, atau bunyi suatu bahasa. Dalam disiplin ilmu makna semantik menjadi ilmu yang mengkaji secara sistematik dan objektif,juga membantu dalam kajian makna suatu teks atau bahasa bagaimana dapat berinteraksi dan juga dapat dipahami dalam komunikasi antara manusia dimanapun berada. Bidang lain juga membahas makna atau pengertian simbol dan tanda adalah semiotis. Semiotic memahami isyarat makna yang tidak terdapat dalam bahasa,melainkan juga berhubungan dengan isyarat non-bahasa,yaitu simbol-simbol yang terdapat dalam sebuah benda dipahami sebagai komunikasi.

Semantik sebagai ilmu analisis makna, memiliki berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli filsafat dan linguistik,pada dasarnya para filsuf berkonsep makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (perkataan),pikiran,dan realitas yang sedang berkembang,juga melahirkan teori antara relasi ujaran,pikiran dan realitas dunia kenyataan. Konsep ini membedakan secara umum dalam teori makna, diantaranya : teori referensial (rujukan),teori kontekstual, teori mentalisme atau konseptual dan beberapa teori lain yang berkembang dalam analisis semantik. Masing-masing teori memiliki ciri analisis makna dari setiap bantuk teks yang beragam berlatar belakangnya.
  • Teori Referensial
Teori referensial (rujukan) atau korenspondensi yang berkonsep makna,adalah hubungan antara reference (pikiran) dan referent (rujukan) yang dinyatakan melalui simbol, yang juga dimaksudkan adalah unsurlinguistik yang dapat menjadi kata,frasa,kalimat atau bunyi bahasa dan sebagainya “rujukannya” ialah benda atau tanda yang dapat dijadikan sebagai objek dari gambaran pemikiran. Dalam teori rujukan atau korespondensi “pikiran” atau reference dalam terminologi berarti makna yang berhubungan dengan causal(sebab), sedangkan referent berhubungan tidak langsung.

Segi tiga makna: Konsep / Pikiran
  1. Hubungan antara perkataan dan konsep adalah berasosiasi atau berkaitan.
  2. Hubungan antara konsep dan objek adalah rujukan.
  3. Hubungan antara perkataan dan objek adalah makna.
  • Semantik Mentalisme
Semantik mentalisme yang berdasarkan pemahaman makna terhadap gambaran “pemikiran”dan “mental” penutur bahasa,yang berhubungan erat dengan pemikiran yang mengandung ciri kreativitas. Pendapat yang paling mendasar tentang teori ini ialah bahasa yang menghasilkan makna merupakan satu komponen yang menyatu dengan pemikiran dan juga mempengaruhi untuk mendapatkan keterangan lama maupun yang baru. Perbedaan mental juga mempengaruhi makna dari penutur kepada penerima bahasa (orang yang diajak bicara) dengan demikian,akal adalah proses mental khusus yang berada dalam bahasa dan makna satu bahasa. Dalam pengetahuan tersebut terdapat konsep,pikiran,citra mental dari penutur dan seluruh sistem bahasa. Sistem bahasa disini dimaksudkan adalah hubungan bahasa dengan sistem sosial,psikologi dan penerapan bahasa dalam masyarakat,bagi de Saussure,language atau bahasa adalah bentuk bukan isinya. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa makna satu bahasa ditentukan juga oleh gambaran mental dari pengguna bahasa.
  • Teori Kontekstual
Teori ini bertujuan untuk memahami makna dari kata yang terikat dengan lingkungan budaya dan pemakaian bahasa tertentu,dan juga memberikan pemahaman bahwa suatu kata atau simbol perkataan tidak mempunyai makna apabila terlepas dari konteks. Walaupun demikian ada pakar semantik yang primer yang terlepas dari konteks situasi,dan kedua kata itu baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks dan situasi, juga dapat dibedakan dengan makna primer(makna dasar)dan makna sekunder (makna kontekstual). Teori ini menekankan adanya peranan yang dimainkan oleh konteks dalam memberikan makna ucapan ataupun tulisan,juga menghilangkan kekaburan dan ketidakjelasan makna. Pada hakikatnya makna adalah suatu ucapan yang ditentukan oleh pemakaiannya dalam masyarakat bahasa. Adapun K.Ammer telah membagi konteks menjadi empat bagian:konteks bahasa, konteks emosi, konteks suasana, dan konteks budaya.
  • Hubungan Makna
Dalam pembendaharaan kata telah mengandung sistem leksikal stuktur semantiknya diuraikan dengan hubungan makna antara kata atau makna dalam satu makna. Diantara hubungan makna yang selalu digunakan dalam bahasa umum yaitu polisemi dan meronim
  • SEJARAH PENCIPTAAN WUJUD TUHAN
Padaawalnya manusia menciptakan penyebutan tuhan pencipta adalah bahwa untuk mengetahui penguasa langit dan bumi, menurut satu teori, yang dipopulerkanoleh Wilhelm Schmidt dalam The Origin of the Idea of God, yangpertama kali terbit pada 1912. Schmidt menyatakan bahwa telah adasuatu monoteisme primitif sebelum manusia mulai menyembahbanyak dewa. Pada awalnya mereka mengakui hanya ada satu TuhanTertinggi, yang telah menciptakan dunia dan menata urusan manusiadari kejauhan. Kepercayaan terhadap satu Tuhan Tertinggi kadang-kadangdisebut Tuhan Langit, karena Dia diasosiasikan denganketinggian.Hal seperti ini masih terlihat dalam agama suku-suku pribumi Afrika.

Mereka mengungkapkan kerinduan kepada Tuhan melalui doa; Percaya bahwa Dia mengawasi mereka dan akan menghukum setiapdosa. Namun demikian, Dia anehnya tidak hadir dalam kehidupankeseharian mereka; tidak ada kultus khusus untuknya dan Dia tidakpernah tampil dalam penggambaran. Telah banyak teori tentang asal usul agama. Namun, tampaknyamenciptakan tuhan-tuhan telah sejak lama dilakukan oleh umatmanusia.

Ketika satu ide keagamaan tidak lagi efektif, maka ia segeraakan diganti. Ide-ide ini diam-diam sirna, seperti ide tentang TuhanLangit, tanpa menimbulkan banyak kegaduhan. Dalam era kitasekarang ini, banyak orang akan mengatakan bahwa Tuhan yangtelah disembah berabad-abad oleh umat Yahudi, Kristen, dan Islamtelah menjadi sejauh Tuhan Langit. Sebagian lainnya bahkan denganterang-terangan mengklaim bahwa Tuhan telah mati. Yang jelas diatampak telah sirna dari kehidupan semakin banyak orang, terutamadi Eropa Barat. Mereka berbicara tentang suatu "lubang yang pernahdiisi oleh Tuhan" dalam kesadaran mereka karena, meski tampaktak relevan bagi sekelompok orang, dia telah memainkan perankrusial dalam sejarah kita dan merupakan salah satu gagasan terbesarumat manusia sepanjang masa.

Untuk memahami apa yang telahhilang dari kita itu—jika memang dia telah hilang—kita perlu melihatapa yang dilakukan manusia ketika mereka mulai menyembah Tuhanini, apa maknanya, dan bagaimana dia dipahami. Untuk melakukanitu, kita perlu menelusuri kembali dunia kuno Timur Tengah, tempatgagasan tentang Tuhan kita secara perlahan tumbuh sekitar 14.000tahun silam.
Salah satu alasan mengapa agama tampak tidak relevan padamasa sekarang adalah karena banyak di antara kita tidak lagi memilikirasa bahwa kita dikelilingi oleh yang gaib. Kultur ilmiah kita telahmendidik kita untuk memusatkan perhatian hanya kepada duniafisik dan material yang hadir di hadapan kita. Rudolf Otto, ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman yangmenulis buku penting The Idea of the Holy pada 1917, percaya bahwarasa tentang gaib ini (numinous) adalah dasar dari agama. Perasaanitu mendahului setiap hasrat untuk menjelaskan asal usul dunia ataumenemukan landasan bagi perilaku beretika. Kekuatan gaib dirasakanoleh manusia dalam cara yang berbeda-beda—terkadang ia menginspirasikankegirangan liar dan memabukkan; terkadang ketenteramanmendalam, terkadang orang merasa kecut, kagum, dan hina di hadapankehadiran kekuatan misterius yang melekat dalam setiap aspekkehidupan. Ketika manusia mulai membentuk mitos dan menyembahdewa-dewa, mereka tidak sedang mencari penafsiran harfiah atasfenomena alam. Kisah-kisah simbolik, lukisan dan ukiran di guaadalah usaha untuk mengungkapkan kekaguman mereka dan untukmenghubungkan misteri yang luas ini dengan kehidupan merekasendiri; bahkan sebenarnya para sastrawan, seniman, dan pemusikpada masa sekarang juga sering dipengaruhi oleh perasaan yangsama.

Pada periode Paleolitik, misalnya, ketika pertanian mulaiberkembang, kultus Dewi Ibu mengungkapkan perasaan bahwakesuburan yang mentransformasi kehidupan manusia sebenarnya.Perbuatan-perbuatan simbolik memiliki nilaisakramental; tindakan itu membuat orang Babilonia mampu menenggelamkandiri ke dalam kekuatan suci atau mana yang menjaditempat bergantung peradaban besar mereka. Kebudayaan dirasakansebagai sebuah pencapaian yang rentan, yang selalu bisa menjadikorban kekuatan yang mengacaukan dan memecah belah.

Pandangansekilas atas Enuma Elish memberi kita wawasan tentang spiritualitasyang melahirkan konsep kita tentang Tuhan Pencipta berabad-abadkemudian. Meskipun kisah biblikal dan Qurani tentang penciptaanakan mengambil bentuk yang sama sekali berbeda, mitos-mitos anehini tidak pernah benar-benar hilang, tetapi akan kembali masuk kedalam sejarah Tuhan di kemudian hari, dikemas dalam sebuah idiommonoteistik.

Bentuk kritisisme semacam initelah mendapat banyak perlakuan keras, namun tak ada seorangpun yang mampu menciptakan teori yang lebih memuaskan untukmenjelaskan mengapa terdapat kisah yang cukup berbeda tentangperistiwa-peristiwa biblikal penting, seperti Penciptaan dan Air Bah,dan mengapa kadangkala Alkitab mengandung pertentangan dalamdirinya sendiri. Dua penulis biblikal paling awal, yang karyanyadapat ditemukan dalam kitab Kejadian dan Keluaran, kemungkinanmenulis pada abad kedelapan SM, walaupun ada yang menyebutkemungkinan penulisan di masa yang lebih awal. Salah satunyadikenal sebagai "J" karena dia menyebut nama Tuhannya dengan"Yahweh", yang lainnya disebut "E" karena dia lebih suka menggunakannama ketuhanan yang lebih formal, "Elohim".

  • PENDEKATAN ADANYA TUHAN MELALUI URAIAN ILMIAH
Sains dan Tuhan seolah sangat sulit sekali jika harus di bahas bersamaan. Agama yang irasional dan tidak terjangkau akal memang hal yang menakutkan jika dibarengi dengan kajian ilmiah. Karena dalam banyak hal, kebenaran agama adalah hal yang bertolak belakang dengan kebenaran secara ilmiah.

Namun di sini kami akan menguji kebenaran tersebut melalui beberapa teori yang semuanya notabene menolak campur tangan Tuhan dalam hukum-hukum alam. Tidak satupun dari teori tersebut memberikan celah untuk diisi kebenaran agama didalamnya. Peranan Tuhan berbeda dengan peranan penyebab-penyebab alamiah. Dalam masing-masing kasus, ciri-ciri teori ilmiah masa kini diambil sebagai model dari tindakan Tuhan dan alam. Kelompok yang meyakini statemen ini mengusulkan versi baru teologi natural (natural theology), yang memanfaatkan bukti sains sebagai sebuah argumen untuk mendukung teisme, walaupun versi ini tidak memberikan satu bukti tentang keberadaan tuhan. Sedangkan kelompok yang lain mengusulkan cara-cara yang memungkinkan diterimanya Tuhan karena alasan-alasan yang lain seperti pengalaman religius dalam suatu komunitas tertentu, yang bisa saja dipahami kembali bahwa Tuhan bertindak terhadap alam, pendekatan ini biasa disebut dengan teologi alam (theology of nature).

Pembahasan mengenai Tuhan adalah hal yang seharusnya dipisahkan dengan pembahasan kajian ilmiah murni, karena kajian ketuhanan  dan kajian ilmiah tidak selamanya sejalan. Semoga tulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita. Penulis berharap dengan Tulisan ini kita sebagai kaum muslim agar lebih giat lagi beribadah kepada Allah SWT.

Comments

  1. butuh dana cuma bermodal 10.000 mari gabung di poker terpercaya hanya di WWW.FANSPOKER.COM
    || bbm : 55F97BD0 || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA

Pemikiran Susanne K. Langer Dalam Memabaca Simbol Pada Seni