Gambaran Hematologik & Patologi Klinik Distemper
Pada umumnya, jumlah enitrosit, konsentrasi Hb, PCV berada di bawah normal Hiperproteiflemia terlihat pada beberapa ekor anjing, disamping ada juga yang mengalami hiperproteinemia karena dehidrasi. Gambaran yang konsisten yaitu adanya limfopenia, ini disebabkan oleh adanya atrofi dan nekrosis jaringan limfoid akibat serangan virus. Pada fase akut, anjing mengalami kekosongan limfosit dan degenerasi nodus limfatikus dan tonsil, dan disertai hipertrofi sel-sel retikulum. Setelah 5 minggu, terjadi regenerasi dengan terlihat adanya bentukan-bentukan baru folikel-folikel limfe dengan terdapatnya limfoblas dan limfosit. Morfologi sel darah pada kasus distemper mi tidak spesifik karena dipengaruhi oleh stadium sakitnya dan oleh adanya infeksi bakteri sekunder. Selama serangan virus, terjadi kenaikan suhu tubuh, terlihat leukopenia yang hebat, tetapi pada umumnya hanya mencapai 6-10 ribu/mm3. Sedang pada keadaan yang kompleks, yaitu dengan adanya infeksi sekunder, maka jumlah leukositnya dapat mencapai lebih dari 50 ribu/mm3. Gambaran yang karakteristik adalah adanya limfopenia absolut. Anemia dapat terjadi pada perkembangan penyakit ini, tetapi hal ini tertutup oleh adanya rendahnya jumlah leukosit dengan disertai limfopenia menunjukkan tanda-tanda prognosa penyakit yang jelek, dan adanya kenaikan jumlah leukosit dengan neutrofiuia mungkin karena adanya pneumonia. Nilai PCV, jumlah eritrosit total, Hb, protein plasma yang tinggi ini, dikarenakan hewan mengalami dehidrasi. Gambaran hipoproteinemia bisa tertutup oleh oleh adanya hemokonsentrasi pada dehidrasi. Pada pewarnaan preparat apus darah dengan pewarna Wright - Leishman, inclusion body di dalam eritrosit berwarna biru pucat. Perlu dibedakan dengan adanya inclusion body yang lain yang terdapat dalam eritrosit, misalnya Howell Jolly bodies dan Heinz bodies. Bentukan inclusion bodies pada kasus ini, biasanya lebih besar dari pada Howell Jolly bodies. Pada pewarnaan preparat apus darah tanpa difiksasi, yaitu dengan pewarna methylene blue dapat diperlihatkan adanya inclusion bodies di dalam retikulosit.
Artikel terkait : Cara Melakukan Nekropsi
Artikel terkait : Agen Penyebab Penyakit Distemper & Cara Mengobati Pada Anjing
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh - pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian utama di Indonesia.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi termasuk discharge yang patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal. Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti infeksi atau keganasan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi terbanyak di Indonesia dan nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.
Referensi
Brown,C.2012.A Fields Manual for Collection of Specimens to Enhance Diagnosis of Animal Disease.Athens : University of Georgia
Dharmojono H. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor Veronica
Fraser CM et al. 1991. The Merck Veterinary Manual. USA: Merck & Co., Inc
King,J.M.,Johnson,Dodd,D.C.,Newson,M.E.2013.The Necropsy Book A Guide for Veterinary Students,Residents, Clinicians, Pathologist, and Biological Researcher.New York: Charles Louis Davis DVM Foundation Publisher
Sugiyono,Purwandari Yuli,Sutrisno Bambang,Widyarini Sitarina,Wasito R.,Kurniasih,Tabbu C. R. 2017. Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik dan Nekropsi. Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM
Tilley LP. FWK Smith. 2010. The 5 Minute Veterinary Consult, Canine and Feline. Baltimore : Wiliams & Wilkins Company.
Vetcentric. 2012. Canine Distemper Virus, Hard Pad Disease.
Yesi., I Made Kardena., I Ketut Berata. 2013. Gambaran Histopatologi Penyakit Distemper pada Anjing Umur 2 sampai 12 bulan. Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(5) : 528 - 537 ISSN : 2301-7848
Schaim’s Veterinary Hematology oleh Jam, N.C. 1986 dan Buku Veterinary Laboratory Medicine oleh Duncan, J.R. dan Prasse, K.W. 1978)
- Cara membedakan cairan transudat, eksudat serta gambaran patologi anatomiknya
Artikel terkait : Cara Melakukan Nekropsi
Artikel terkait : Agen Penyebab Penyakit Distemper & Cara Mengobati Pada Anjing
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh - pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian utama di Indonesia.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi termasuk discharge yang patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal. Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti infeksi atau keganasan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi terbanyak di Indonesia dan nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.
Referensi
Brown,C.2012.A Fields Manual for Collection of Specimens to Enhance Diagnosis of Animal Disease.Athens : University of Georgia
Dharmojono H. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor Veronica
Fraser CM et al. 1991. The Merck Veterinary Manual. USA: Merck & Co., Inc
King,J.M.,Johnson,Dodd,D.C.,Newson,M.E.2013.The Necropsy Book A Guide for Veterinary Students,Residents, Clinicians, Pathologist, and Biological Researcher.New York: Charles Louis Davis DVM Foundation Publisher
Sugiyono,Purwandari Yuli,Sutrisno Bambang,Widyarini Sitarina,Wasito R.,Kurniasih,Tabbu C. R. 2017. Petunjuk Praktikum Patologi Sistemik dan Nekropsi. Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM
Tilley LP. FWK Smith. 2010. The 5 Minute Veterinary Consult, Canine and Feline. Baltimore : Wiliams & Wilkins Company.
Vetcentric. 2012. Canine Distemper Virus, Hard Pad Disease.
Yesi., I Made Kardena., I Ketut Berata. 2013. Gambaran Histopatologi Penyakit Distemper pada Anjing Umur 2 sampai 12 bulan. Indonesia Medicus Veterinus 2013 2(5) : 528 - 537 ISSN : 2301-7848
Schaim’s Veterinary Hematology oleh Jam, N.C. 1986 dan Buku Veterinary Laboratory Medicine oleh Duncan, J.R. dan Prasse, K.W. 1978)
Comments
Post a Comment