Cara Mengatasi Bau Kotoran Pada Peternakan Dekat Pemukiman Warga

Cara Mengatasi Pencemaran Udara Pada Peternakan Sapi, Kambing, Domba, dan Ayam
Dampak Positif Peternakan Sapi, Kambing, Domba, dan Ayam Dekat dengan Pemukiman warga.
  • Meningkatkan Taraf Perekonomian.
Rumah yang berada di dekat peternakan dan keluarga dapat menekan biaya peternakan dengan memanfaatkan lingkngan sekitar rumah sebagai lahan peternakan. Selain itu, dapat menghemat biaya akses transportasi karena lokasi peternakan yang tidak terlalu jauh dari area rumah. Usaha peternakan juga dapat dilakukan sendiri sebagai pekerjaan utama maupun sambilan. Hasil dari ternak berupa susu, daging, maupun telur dapat meningkatkan perekonomian keluarga.


  • Membuka Lapangan Pekerjaan.
Peternakan dapat menjadi peluang untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyaakat sehingga taraf hidup peternakan dan masyarakat sekitar area peternakan naik dan dapat memenuhi kebutuhannya.
  • Pemanfaatan Limbah Peternakan.
Limbah peternakan berupa feses misalnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk oleh masyarakat. Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para petani karena memiliki keunggulan berupa menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi kandungan humus di dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik dalam tanah.
(Priyambodo dan Kuspriyanto, 2016)

Dampak Negatif Peternakan Sapi, Kambing, Domba, dan Ayam Dekat dengan Pemukiman warga.
  • Pencemaran Udara
  1. Bau: Pencemaran udara (bau) yang berasal dari peternakan sangat mengganggu masyarakat yang ada di sekitar kandang peternakan. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan lalu lintas peternakan. Sehingga sangat meresahkan warga karena limbah peternakan tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau yang tidak sedap ini berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari penumpukan feses yang masih basah dalam kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap manusia dan ternak.
  2. Debu: Kandungan debu di peternakan pada umumnya meliputi partikel tanah, sisa pakan, rambut dan bulu, kotoran kering, bakteri, dan jamur. Kandungan debu di peternakan umumnya berasal dari pakan sedangkan kandungan partikel tanah tersebut menentukan konsentrasi debu.
Kondisi lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin, dan ketinggian lokasi), kondisi kandang (bahan atap, sistem kandang) dan kondisi sekitar kandang (areal pertanian, keberadaan tanaman di sekitar kandang) dapat mempengaruhi kadar H2S, NO2, dan debu di sekitar peternakan yang merupakan suatu ancaman serius bagi kesehatan manusia.
  • Pencemaran Air dan Pencemaran Tanah
Pencemaran air terhadap lingkungan sekitar termasuk pemukiman warga terjadi akibat adanya penyerapan urine ke tanah langsung.. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan faktor dari jenis kandang yang digunakan dalam beternak. Sehingga hal ini sangat meresahkan warga karena limbah peternakan tersebut membuat tanah menjadi tercemar yang merupakan media untuk menghasilkan air bersih. Pencemaran air ini dapat menimbulkan penyakit gatal-gatal pada kulit. Selain itu terjadi perubahan fisik pada air yaitu air menjadi bau, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
(Priyambodo dan Kuspriyanto, 2016)
  • Timbulnya Lalat yang Banyak
Lalat timbul karena kurangnya kebersihan kandang. Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang. Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi keberadaan lalat. (Suraini, 2011).

Cara Mengatasinya
  • Upaya  Pengelolaan Bau dari Kotoran.
Ada banyak cara untuk mengatasi permasalahan bau yang ditimbulkan feses antara lain: penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pakan. Penggunaan zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang lebih besar dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari penggunaan zeolit yang lebih tinggi. Penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan penggunaan mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia dilingkungan kandang. Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk.
  • Upaya Pengendalian Pencemaran Air dan Pencemaran Tanah
Upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian pencemaran air dan pencemaran tanah yang terutama adalah pada pihak peternakannya. Pengelola peternakan harus memiliki manajemen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Cara pengendalaian limbah peternakan dapat dilakukan dengan membuat saluran air dan selokan khusus untuk limbah cair. Untuk masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi peternakan tersebut haruslah membuat sumur yang letaknya jauh dari sumber pencemar (limbah peternakan) sesuai dengan aturan dalam syarat pembuatan sumur yang baik. Hal ini juga berlaku pada masyarakat yang airnya telah tercemar, masyarakat harus membuat sumber air bersih (sumur) yang letaknya berjauhan dari sumber pencemar.
  • Upaya Pengendalian Lalat yang Banyak
Keberadaan lalat dapat diberantas dengan cara biologis, kimiawi, elektrik dan tekhnis. Secara biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk lainnya yang merupakan predator lalat, contohnya kumbang parasit, lebah. Cara biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga sintesis yang dicampurkan ke dalam pakan ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat. Secara elektrik yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat yang mendekati lampu akan tersetrum aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu menggunakan alat penangkap lalat yang paling sederhana hingga modern.
(Sunu, 2010)

Comments

Popular posts from this blog

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA

Pemikiran Susanne K. Langer Dalam Memabaca Simbol Pada Seni