Jenis Gangguan Pada Gigi Anjing
- Plak/Plaque
Penyakit periodontal adalah penyakit mulut yang paling umum pada anjing dengan lebih dari 80% hewan yang terserang (Riggio et al., 2011). Plak adalah salah satu penyakit peiodontal yang berupa lapisan terstruktur berwarna kuning yang melekat erat pada jaringan padat intraoral (Niemic, 2013). Plak merupakan selaput halusyang menempel atau melekat pada gigi akibat kontaminasi dari bakteri yang ada pada air liur dan sisa makanan yang menempel pada gigi. Bakteri dan produk bakteri dapat menyebabkan peradangan pada jaringan lunak. Plak kemudian akan termineralisasi untuk membentuk kalkulus, yang bermigrasi ke sulkus gingiva, menyebabkan peradangan tambahan, kehilangan ligamen periodontal, serta dapat menyebabkan kehilangan gigi (Ford dan Mazzaferro, 2007).
Masalah medis yang mempengaruhi rongga mulut anjing harus diidentifikasi sejak dini pada tahap awal, sehingga hewan dapat diobati sebelum menunjukkan gangguan sistemik sekunder serius terkait dengan kekurangan gizi dan / atau infeksi (Pachaly, 2006). Pada anjing, akumulasi plak dan perkembangan penyakit periodontal jauh lebih cepat daripada manusia, kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya kebersihan mulut sehari-hari. Pemilik juga harus menyadari cara-cara untuk mencegah penyakit gigi pada anjing peliharaannya, seperti menyikat gigi secara rutin dan penggunaan antimikroba sebagai tambahan dalam terapi periodontal (De Marco dan Gioso, 1997).
Foster dan Smith (2016), menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat menentukan timbulnya plak gigi yang diikuti dengan karang gigi dan penyakit periodontal, antara lain: umur dan status kesehatan; diet dan kebiasaan mengunyah ; jenis anjing, genetik, dan bentuk susunan gigi; keadaan mulut; serta cara perawatan dan grooming. Plak merupakan agen primer penyebab penyakit periodontal, yang sebagian besar terdiri dari bakteri gram positif, bersifat aerob, non-motil pada awal infeksi, tetapi bersifat bakteri anaerob, gram negatif, dan motil pada tahap akhir infeksi (Harvey dan Emily, 1993; Gioso, 2007).
Plak dan karang gigi dapat ditemukan pada semua permukaan gigi, dan dapat ditemukan dalam jumlah terbesar pada gigi premolar dan molar (Foster dan Smith, 2016). Plak biasanya terjadi beberapa saat setelah makan. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi gigi anjing tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi gigi anjing meliputi, gigi incisivus berfungsi untuk memotong makanan, gigi caninus digunakan untuk menyobek makanan, gigi premolar untuk menyobek dan membantu menggiling makanan sedangkan gigi molar untuk mengunyah dan menggiling makanan (Pello et al., 2015). Saat ini para pemilik anjing lebih suka memberi pakan anjing mereka dengan pakan jadi bentuk kering maupun basah, hal ini membuat gigi incisivus untuk memotong makanan dan gigi caninus untuk menyobek makanan jarang untuk dipergunakan sedangkan fungsi gigi premolar untuk membantu menggiling makanan serta gigi molar untuk mengunyah dan menggiling makanan semakin sering digunakan. Karena gigi molar dan premolar semakin sering digunakan, maka gigi molar dan premolar ini juga semakin sering berkontak dengan makanan hal ini juga semakin meningkatkan terjadinya penempelan sisa makanan pada gigi tersebut sehingga dapat menyebabkan plak.
- Gingivitis
Etiologi
Gingivitis merupakan inflamasi pada jaringan ginggiva akibat adanya plak
dan merupakan tahap pertama pada penyakit periodontitis. Ginggivitis bersifat
reversibel apabila dilakukan pengobatan (Lobprise dan Dodd, 2018). Penyebab
gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan penyebab predisposisi.
Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang membentuk
suatu koloni kemudian membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva.
Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal
meliputi karies, restorasi yang gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang tidak
sesuai, pemakaian alat orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur,
sedangkan faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi,
gangguan psikologi dan obatobatan (Diah, dkk., 2018).
Patogenesis
Patogenesis ginggivitis awal terjadi dua hingga empat hari setelah plak
mulai menumpuk. Secara klinis ginggivitis akan menunjukkan peradangan pada gusi. Kemudian dalam waktu satu hingga tiga minggu junctional epithel akan terus
berkembang disertai sel-sel inflamasi dan pembentukan eksudat akan meningkat.
Pada awak ginggivitis neutrofil akan bermigrasi bersama dengan eksudat di
permukaan gigi sebagai respon terhadap bakteri. Apabila tidak dilakukan
penanganan, bakteri akan bermigrasi melalui sulkus ke jaringan ikat periodontium
dan menghasilkan kolonisasi pada sementum dan periodontal sehingga
menyebabkan periodontitis (Lobprise dan Dodd, 2018).
Gejala Klinis
Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada
margin gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya
keratinisasi pada permukaan gingiva dan pendarahan yang terjadi pada saat
dilakukan probing (Diah, dkk., 2018).
- Kalkulus
Etiologi
Karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam
mulut (Colin, 2006). Karang gigi berwarna kuning, cokelat,dan hitam (Carranza et
al., 2006). Plak yang halus menjadi keras karena adanya presipitasi dari garam
mineral yang biasanya terjadi pada hari pertama hingga hari ke 14 pembentukan
plak. Pembentukan biofilm plak bergantung pada berbagai macam sistem enzim
bakteri terutama Glucosyl Transferase (GTFs), GTFs akan memetabolisme sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, glukans tersebut merupakan salah satu media ideal
yang menyebabkan biofilm plak melanjut menjadi kalkulus (Smith dan Smithson,
2015).
Patogenesis
Mulut anjing dan kucing lebih alkalis dibandingkan dengan manusia,
keadaan tersebut membuat garam kalsium lebih mudah terdeposit. Garam kalsium
karbonat dan kalsium fosfat yang terdapat pada air liur memproduksi kristal di
permukaan gigi dan memineralisasi plak halus sehingga dalam 2 hingga 3 hari
terbentuklah kalkulus, kedalaman dan ketebalan kalkulus membuat tumbuhnya
bakteri anaerob semakin mudah karena kurangnya persediaan oksigen (Perrone,
2013). Lapisan dari plak selalu menutupi kalkulus, baik plak supragingiva dan sub-
gingiva menjadi termineralisasi. Menurut Gorrel (2013), kalkulus tidak terlalu
menyebabkan iritasi pada jaringan gingiva namun jika permukaan kalkulus kasar
maka kalkulus dapat menyebabkan kelukaan pada jaringan-jaringan di sekitar kalkulus. Perrone (2013) menyebutkan bahwa kalkulus menyebabkan inflamasi
gingiva hingga hancurnya jaringan periodontal namun tidak secara langsung karena
kalkulus selalu tertutupi oleh plak dan keadaan tersebut dapat menyebabkan plak
menjadi melebar hingga subgingiva dan menjadi destruktif karena adanya
campuran bakteri serta produk-produk dari degradasi sel.
Gejala Klinis
Kalkulus merupakan salah satu gejala klinis dari periodontitis. Menurut
Gorrel (2013) hewan yang di giginya terdapat kalkulus akan muncul halithosis dan
berubahnya warna gigi, jika sampai terjadi periodontitis gejala klinis lain yang
terjadi adalah gingivitis.
- Periodontitis
Etiologi
Periodontitis adalah infeksi yang terjadi pada daerah periodontal. Hal ini
dapat disebabkan oleh bakteri yang normal ada di mulut atau aktivitas dari bakteri
lain sehingga dapat menyebabkan radang (Linden dan Hezberg, 2013).
Periodontitis adalah inflamasi dan infeksi yang terjadi pada jaringan
periodontal dan tulang alveolar penyangga gigi. Periodontitis terjadi apabila
inflamasi dan infeksi yang terjadi pada gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat atau perawatan yang tertunda. Infeksi dan inflamasi dari gingiva menyebar ke ligamen
dan tulang alveolar yang menyangga gigi. Hilangnya dukungan menyebabkan gigi
dapat terlepas dari soketnya (Kapner, 2016).
Gejala klinis
Gejala klinis yang muncul pada periodontitis adalah bau mulut, ginggiva
yang berwarna kemerahan atau merah keunguan, ginggiva terlihat bersinar, mudah
terjadi pendarahan pada ginggiva (terlebih disaat gosok gigi), gingiva yang terlalu
lunak, lepasnya gigi dan ginggiva yang membengkak. Gejala klinis periodontitis
hampir sama dengan gejala klinis dari ginggivitis (radang pada ginggiva) (Kapner,
2016). Periodontitis kronis dapat terlihat dengan rusaknya sepertiga bagian dari
jaringan periodontal (Correa dkk, 2017).
Patogenesis
Periodontitis terjadi saat radang atau infeksi pada gusi (gingivitis) terjadi
dan tidak diobati. Infeksi dan peradangan menyebar dari ginggiva ke ligamen dan
tulang yang mendukung gigi. Kehilangan penyangga menyebabkan gigi menjadi
longgar dan akhirnya lepas. Plaque dan tartar terbentuk di dasar gigi. Peradangan
akibat penumpukan ini menyebabkan celah terbentuk antara gusi dan gigi. Celah
ini kemudian terisi dengan plaque dan tartar. Jaringan lunak membengkak
menjebak plaque di saku. Peradangan berlanjut menyebabkan kerusakan pada
jaringan dan tulang yang mengelilingi gigi. Karena plaque mengandung bakteri,
kemungkinan infeksi, dan abses gigi juga bisa berkembang. Hal ini juga
meningkatkan tingkat kerusakan tulang (Kapner, 2016).
- Karies
Karies adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan dari interaksi bakteri
(Hiraya, 2011). Infeski bakteri ini dapat menghancurkan enamel dan dentin.
Kejadian karies pada anjing masih kurang umum terjadi dan pada kucing masih
kurang terdokumentasi (Niemiec, 2010).
Etiologi
Karies paling sering terjai di permukaan oklusal pada gigi molar atau pada
daerah gigi berdekatan yang saling bersinggungan. Karies mulai muncul ketika gigi
dirusak oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri plak pefermentasi karbohidrat.
Genetik juga dapat menjadi faktor ppembentukan karies. Karies terbentuk dari
kombinasi kerentanan genetik, keberaadaan bakteri kariogenik (misalnya
Streptococcus mutans, Streptococcus spp. Dan Lactobacillus spp.) serta tersedianya
sumber karbohidrat yang dapat difermentasi (Niemiec, 2010).
Patogenesis
Sisa-sisa makanan dalam mulut (karbohidrat) merupakan subtrat yang
difermentasi oleh bakteri untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan glukosa
dimetabolismekan sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel dan
ektrasel sehingga bakteri akan tumbuh pada permukaan gigi. Sukrosa dipecah oleh bakteri kariogenik menjadi glukosa dan fruktosa dan dimetabolisme menjadi asam
laktat, asam format, asam sitrat dan destran (Hiraya, 2011).
Kasus karies dimulai dari turunan pH sehingga terdapat delkalsifikasi dari
enamel, saat dekalsifikasi mencapai bagian bawah enamel, maka akan terbentuk
lesi berwarna putih diikuti masuknya bakteri ke dentin (Niemiec, 2010).
Gejala
Karies pada umumnya akan memunculkan tanda berwarna kecoklatan pada
permukaan oklusal di gigi molar yang berbentuk konkaf. Pada kondisi yang parah,
perusakan gigi pada area yang memiliki daerah cekung yang berisi debris dan
jaringan gigi yang rusak, higga membusukan semua bagian mahkota gigi (Niemiec,
2010).
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
ReplyDeletedapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q
IONQQ**COM
ReplyDeleteagen terbesar dan terpercaya di indonesia
segera daftar dan bergabung bersama kami.
Whatshapp : +85515373217 :-*