Teknik Berperan Menurut Beberapa Tokoh Paling Berpengaruh
Teknik Berperan Menurut Rendra
Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya
yaitu:
- Aktor bintang
- Sutradara
Sutradara sebagai sumber gaya artinya
dengan kemampuan sutradara diharapakan pementasan akan berhasil. Penonton
mengharap pertunjukkan drama yang bermutu. Dalam hal ini, penonoton
mempercayakan nama sutradara sebagai jaminan mutu drama.
- Lingkungan
Lingkungan sebagai sumber gaya
artinya lingkungan pementasan dapat memungkinkan suksesnya pementasan. Jika
kita mementaskan drama “Ken Arok dan Ken Dedes”, maka kehidupan pentas oleh
dekorasi dan tata pentas yang menggambarkan secara nyata kerajaan Singasari
dapat menjadi modal kesuksesan drama tersebut.
- Penulis
Penulis sebagai sumber gaya berarti
di tangan penulis yang hebat akan lahir naskah yang hebat pula yang mempunyai
kemungkinan sukses jika dipentaskan.
Di dalam berperan, imajinasi sangat
penting karena dalam berperan, seorang aktor berpura-pura menjadi orang lain.
Menghadirkan kepura-puraan menjadi realitas membutuhkan daya imajinasi. Aktor
harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna
menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh itu sebagai
jiwanya sendiri, sehingga penonton yakin yang ada dipentas bukan diri sang
aktor tetapi diri tokoh yang diperankan. Untuk mengembangkan pribadi,
diperlukan daya kreativitas (kemampuan untuk mencipta) dan sikap fleksibel
(dapat menyesuaikan diri dimana saja berada).
Teknik Berperan Menurut Edward A. Wright
Menurut Edward A. Wright ada lima
syarat yang harus dimiliki oleh seorang calon aktor, yaitu sebagai berikut:
- Sensitif
- Sensibel
- Kualitas personal yang memadai
- Daya imajinasi yang kuat
- Stamina fisik dan mental yang baik.
- Kepekaan (mudah mengerti) akan ekpresi mimik.
- Kepekaan terhadap suasana pentas.
- Kepekaan terhadap penonton.
- Kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran yang dibawakan (tidak lebih dan tidak kurang).
Proses Ber-acting
Langkah-langkah dalam acting dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Latihan Acting
Latihan acting dapat membentuk aktor
sebagai impersonator, interpretator, komentator, dan sebagai personality actor.
Aktor sebagai impersenator artinya aktor menyerahkan diri sepenuhnya sebagai
memasuki peran yang dibawakan. Setiap peran dianggap sebagai dirinya sendiri.
Dalam interpretator dan komentator, aktor tidak sepenuhnya memasuki peran yang
dibawakan. Identitas dirinya masih tetap tampak. Sedangkan personality actor
kita dapatkan dalam film atau televisi.
- Gaya Estetis
Kita harus memainkan permainan
sesuai gaya, oleh sebab itu aktor harus dilatih untuk memasuki gaya permainan
sesuai dengan gaya drama tersebut. Sebagai contoh, dalam drama Yunani kuno
digunakan gaya formal; dalam drama-drama Shakespeare digunakan gaya romantik;
teater abad ke XIX menggunakan gaya deklamatoris; teater modern menggunakan
gaya realistis; dan sebagainya. Gaya serius, gaya tragedis, dan bayolan
merupakan gaya yang harus diekpresikan secara tepat oleh aktor atau aktris.
- Pendekatan Untuk Peranannya
Ada dua pendekatan dalam menghayati
peran yaitu metode dan teknik. Metode berhubungan dengan latihan sukma atau
latihan “unsur dalam”. Dalam pendekatan teknis, yang dipentingkan adalah teknik
bermain yang berhubungan dengan faktor luar (fisik). Penampilan fisik dan
permainan di pentas mengutamakan kombinasi permainan fisik dan emosi.
- Bidang Acting
Ada tiga yang harus digarap dalam
latihan acting, yaitu: teknik (fisik), mental (intelektual), dan emosi
(spiritual). Bidang acting yang bersifat teknis misalnya meliputi latihan
pernafasan, latihan vokal, dan latihan proyeksi (penonjolan). Latihan mental
berupa latihan watak, dengan dimulai menganalisis watak dari segala sudut
(fisik, psikis, sosial); memahami pikiran, feeling (perasaan/simpati), action,
dan berhubungan dengan permainan dan peranan yang lain. Emosi harus dilatih
dalam drama aktor harus menghadirkan emosinya sesuai dengan tuntutan lakon.
- Enam Pertanyaan
Enam pertanyaan yang berkenaan
dengan acting. Dalam latihan acting diperlukan disiplin, skiil, sifat
fleksibilitas, kepatuhan, ketepatan, kerapian, dan kemampuan ber-acting sesuai
dengan tuntutan lakon.
Enam pertanyaan itu adalah:
Apakah aktor telah membawakan
suara, gerak tubuh dan kepribadian sesuai dengan tuntutan dan kepribadian dalam
perannya sesuai dengan tuntutan dan sebagai seorang individu?
Tubuh aktor harus terkoordinasikan
seara baik. Movement (gerakan) harus dilaksanakan secara anggun, gesture harus
mampu memberikan reinforcement (penguatan) bagi suaranya. Semua itu dilakukan
oleh aktor secara jelas, logis, menarik, bertujuan dan benar. Seorang aktor
tidak perlu meniru aktor lain, melainkan harus berusaha menciptakan kreasi
sendiri.
Apakah acting-nya jernih?
Apakah orangnya dikendalikan?
Setiap aktor harus berusaha
mengendalikan acting-nya dalam arti semua geraknya beralasan dan tidak
berlebihan. Semua tindakan acting pemain harus disetai emotion touch, untuk
mengendalikan acting yang dilakukan. Dalam hal acting, pemain memberi porsi
terlalu besar sesuatu yang harusnya kecil, sebaliknya dalam acting yang kering,
semua tanpa penjelasan Acting yang besar lebih memberikan sugesti kepada
penonton dari pada perbuatan biasa. Aktor yang baik tidak pernah menumpahkan
semua emosinya kepada penonton.
Apakah orang tersebut mudah?
Penonton haruslah secara total tidak
sadar akan semua usaha aktor atau aktris dipentas dalam latihan. Semua yang
diekspresikan harus bersifat natural (tidak dibuat-buat). Penampilan yang
sempurna, tetapi cukup mempesona penonton karena seolah-olah semua penampilan
aktor itu tanpa dilatih, tanpa dihapalkan. Hal tersebut dapat dicapai, bila
aktor telah bermain baik sebagai seorang seniman pentas.
Apakah actingnya menyakinkan?
Semua penampilan aktor tersebut
harus benar dan penuh motivasi. Cara meyakinkan penonton juga dapat dari kostum
dan make up. kostum akan menghidupkan peran yang dibawakan mendekati kenyataan.
Meka up yang kurang meyakinkan dapat diperhidupkan dengan penyinaran. yang
penting adalah faktor psikologis, artinya penjiwaan kepada peran yang
benar-benar menyakinkan penonton.
Apakah fisik dan mentalnya cukup
siap menghadapi keseluruhan pentas?
Pemain adalah bagian dari tim.
Berarti dengan dan bersama-sama tim. Ia tidak boleh main lebih atau kurang dari
dari perannya, sebab jika terjadi demikian kekompakan tim akan terganggu salah
seorang aktor yang menonjol yang ingin menguasai pentas, akibat porsi orang
lain banyak dilonggar.
Teknik Berperan Menurut Oscar Broket
Oscar Brocket menyebutkan tujuh langkah dalam latihan berakting
yaitu sebagai berikut:
Latihan tubuh
Maksudnya adalah latihan ekspresi
secara fisik. Kita berusaha agar fisik kita agar dapat bergerak secara
fleksibel, disiplin dan ekspresif. Artinya, gerak-gerik kita dapat luwes,
tetapi berdisiplin terhadap peran kita, dan ekspresif sesuai watak dan perasaan
aktor yang di bawakan. Di beberapa teater biasanya sering diberikan latihan
dasar acting, berupa menari, balet, senam, bahkan ada yang merasa latihan silat
itu dapat juga melatih kelenturan, kedisiplinan , dan daya ekspresi jasmaniah.
Latihan suara
Latihan suara ini dapat di artikan
latihan mengucapkan suara secara jelas dan nyaring (vokal), dapat juga berarti
latihan penjiwaan suara. Yang harus mendapatkan pelatihan seksama, adalah suara
itu hendaklah jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif,dan ucapkan sesuai
daerah artikulasinya.
Observasi dan
Imajinasi
Untuk menampilkan watak tokoh yang
diperankan, aktor secara sungguh-sungguh harus berusaha memahami bagaimana
memanifestasikannya secara eksterna. Aktor mulai dengan belajar
mengobservasikan (memahami) setiap watak, tingkah laku dan motivasi orang-orang
yang dijumpainya. Kekuatan imanjinasi berfungsi untuk mengisi dimensi kejiwaan
dalam acting, setelah diadakan observasi tersebut. Acting bukan sekedar meniru
apa yang diperoleh lewat observasi, tetapi harus menghidupkannya, memberi nilai
estetis.
Latihan
Konsentrasi
Konsentrasi diarahkan untuk melatih
aktor dalam kemampuan membenamkan dirinya sendiri kedalam watak dan pribadi
tokoh yang dibawakan dan ke dalam lakon itu. Konsentrasi haru spula
diekspresikan melalui ucapan, gesture, meovement, dan intonasi ucapannya.
Latihan Teknik
Latihan teknik di sini adalah
latihan masuk, memberi isi, memberi tekanan, mengembangkan permainan,
penonjolan, ritme, timing yang tepat, dan hal lain yang telah dibicarakan dalam
penyutradaraan. Pengaturan tempat di pentas sesuai dengan karakteristik dan
masing-masing bagian pentas itu, juga merupakan unsur teknis yang harus
menadapatkan perhatian dalam latihan. keseimbangan di dalam pentas merupakan
dress stage (pakain yang dipakai di panggung). Pergeseran aktor lain di sisi
berikutnya, sehingga terjadi keseimbangan, hal itu berhubungan dengan latihan
blocking, dan crossing. Aktor juga harus berusaha mengambil posisi sedemikian
rupa, sehingga ekspresi wajahnhya dan gerak-gerik yang mengandung makna dapat
dihayati oleh penonton. Hal kecil yang perlu mendapat perhatian juga adalah
teknik jalan, teknik loncat, makan, duduk, mempersilahkan minuum dan sebagainya
harus disesuaikan dengan pribadi yang dibawakan dalam cerita.
Latihan sistem
acting
Aktor harus berlatih acting, baik
dalam hal eksternal maupun internal melalui pendekatan metode, maupun teknik.
Latihan untuk
memperlancar skill dan latihan
Dalam latihan ini peranan imajinasi
sangatlah penting. Dengan imajinasi, semua latihan yang bersifat seperti
menghafal, menjadi lancar dan tampak seperti kejadian sebenarnya.
Whitting menyatakan, bahwa dalam
latihan acting ini ada dua pendekatan yaitu pendekatan kreaktif dan pendekatan
teknis. Pendekatan kreatif ini sama dengan pendekatan metode yang dikemukakan
oleh Wright, tadi (Whitting: 1960:197). Latihan teknis meliputi penonjolan,
latihan tubuh, latihan suara, latihan penggunaan pentas secara tepat, latihan
penyingkatan dan eliminasi.
Teknik Berperan Menurut Constantin Stanislavsky
Tokoh yang dikenal sebagai pelopor
pendekatan metode atau pendekatan kreatif yang mementingkan latihan sukma,
memberikan pedoman untuk mempersiapkan seorang aktor (Stanislavsky, 1980). 15
tahap latihan yang harus dilalui:
- Berperan (acting) adalah suatu seni
- Motivasi
Motivasi merupakan faktor “dalam”
yang harus dimiliki oleh seorang aktor. Motivasi yang harus dimiliki yaitu
motivasi estetis, dimana dirinya mengabdi pada pentas, bukan demi publisitas
dirinya, semua gerak perbuatan itu selalu mempunyai motivasi, yaitu motivasi
dari gerakan sebelumnya dan motivasi untuk gerakan berikutnya.
- Imajinasi
Kepekaan imajinasi untuk aktor perlu
dilatih. Dengan imajinasi perasaan dan pengalaman emosional mudah terukir dan
tertanam dengan kuat dalam ingatan visual kita dan dapat dibayangkan setiap
saat.
- Pemusatan Pikiran (Konsentrasi)
Pusat perhatian aktor bukan ditempat
penonton, tetapi pada lakon yang dibawakan. Objek-objek perhatian, harus
dipilah-pilah, ada yang merupakan titik cahaya dalam lingkaran perhatian.
Reaksi emosi dan imajinasi dapat membantu proses konsentrasi ini.
- Mengendurkan Urat
Urat kita harus fleksibel serta siap
diperintah melakukan gerakan dan acting sesuai dengan peranannya. Gerakan
lentur, fleksibel, indah tetapi rapi dan menawan, dapat dicapai melalui
berbagai latihan fisik seperti yang dijelaskan didepan.
- Satuan dan Sasaran
Ikatan organik dialur lakon, satuan
lakon yang merupakan garis besar alur yang memaparkan juga perkembangan
konflik, harus dihayati secara baik, untuk kemudian diuraiakan dalam detail.
Kemudian ditentukan sasaran akting sang aktor yang seharusnya:
- Ditujukan kepada lawan main.
- Merupakan sasaran pribadi yang analog dengan watak yang kita gambarkan.
- Kreatif dan artistik.
- Harus benar sehingga meyakinkan.
- Menarik dan mengharukan kita
- Jelas dan tipikal.
- Harus punya nilai dan isi yang dapat berhubungan dengan sosok dalam dari permainan kita.
- Harus aktif, mendorong untuk maju.
- Keyakinan dan Rasa Kebenaran
- Ingatan Emosi
Untuk dapat disampaikan semua emosi
dengan baik, aktor harus berusaha untuk menghayati kembali apa yang pernah
dirasakan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan perasaan yang dikehendaki. Jika
sulit menghadirkan kembali emosi yang dikehendaki maka dengan bantuan suara
yang berkesan atas peristiwa dulu, kiranya emosi yang sama akan hadir.
Misalanya, seorang gadis yang pernah patah hati, sangat terkesan akan lagu
“seruling senja”. Jika kedukaan yang sama sulit ditampilkan, maka dengan
bantuan lagu “seruling senja” niscahaya emosi tersebut akan lebih mudah
ditampilkan. Demikian pula gambar, pemandangan alam, melalui surat, suasana
tertentu orang akan mampu merekonstruksi suasana batinnya.
Indera pencium, pengecap, dan
penyentuh juga bermanfaat untuk mempenggaruhi ingatan emosi, seperti halnya
indera pendengar dan penglihat. Aktor harus menggunakan perasaanya sendiri,
sehingga jiwanya sendiri bergetar hidup, manusiawi, hal-hal yang dapat
meyakinkan penonton. Ingatan emosi dapat diolah melalui kreativitas batin,
menjadi bentuk perwujutan acting yang penuh penjiwaan.
- Komunikasi atau Hubungan Batin
Aktor harus menghidupkan komunikasi
dengan diri sendiri, dengan aktor lain, dan juga secara batin dengan penonton.
Komunikasi langsung adalah dengan diri sendiri dan aktor lain, sedang
komunikasi tidak langsung adalah dengan penonton. Aktor juga harus
berkomunikasi dengan objek imajiner atau yang tidak hadir secra nyata (misalnya
waktu berdoa secara keras).
- Adaptasi
Penyesuaian diri itu dapat dilakukan
dengan sadar dan dapat dengan tidak sadar. Sumber penyesuaian diri adalah alam
bawah sadar, yang datang jika ilham datang. Di panggung penyesuaian diri ini
bersifat terus-menerus, sebab aktor berkomunikasi dan menjadi orang lain terus
menerus. Adapun adaptasi mekanis dan motoris melalui latihan dan penuh
kesadaran.
- Kekuatan Motif Dalam
Kekuatan inner motive harus mendapat
latihan dalam diri aktor modalnya adalah kemauan. Kemauan harus dipadu dengan
dua unsur penggerak lain, yaitu pikiran dan perasaan. Pikiran, emosi, dan
perasaan ynag merupakan inner motivation harus dibangkitkan secara alamiah yang
juga dimanfaatkan untuk membangkitkan unsur-unsur kreatif yang lain.
- Garis yang Tak Terputus-putus
Garis batin tidak boleh terputus,
karena garis itulah yang memberikan nyawa dan gerak pada drama yang
dipertunjukkan. Sekuen satu dengan sekuen lain harus merupakan suatu yang
berkesinambungan, dan selalu menampilkan pusat perhatian.
- Keadaan Kreatif Batiniah
Dalam menghayati watak peran dan
melaksanakan tugas acting selama pementasan berlangsung diperlukan keadaan
batin yang kreatif, artinya selalu mengisi kekosongan yang ada dengan suatu
tindakan yang beralasan (penuh keyakinan).
- Sasaran yang Paling Utama
Aktor harus mampu menangkap dan
mengekspresikan sasaran utam dari dialog da perbuatan yang dilakukan dalam
setting yang dibawakan. Hendaknya aktor mampu mengendalikan tiga ciri penting
dalam proses kreatif, yaitu: (1) pemahaman atau genggaman batin, (2) garis
gerak yang lurus, dan (3) sasaran utama. Aktor harus mengerti apa tujuan
kehadirannya di pentas, apa tugas utamanya terhadap lakon dan tidak melebihi
porsi yang ditentukan, menuju titik sasaran yang mantap, ringan, wajar dan
jelas.
- Diambang Pintu Bawah Sadar
Dalam semua aktivitas kreatif, semua
yang maya ini, diberi sentuhan kenyataan. Jika aktor terbenam luluh dalam
dunianya di pentas, terlibat sepenuhnya (encounter) dengan dunia maya yang
dihayati sebagai realitas baru maka ia akan terlebih memikat penonton. Dengan
cara meluluhkan diri dalam peran, semua yang diucapkan dan diperbuat akan
meyakinkan penonton.
Materi disusun dari berbagai sumber oleh Ghos TE
Numpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^