Zoonosis Menjadi Ancaman Serius Kesehatan Manusia

Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat merupakan lmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang multi disipliner, karena pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat bersifat multikausal, sehingga untuk menyelesaikan atau pemecahan masalah dilakukan secara multidisiplin. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (fisik, mental dan sosial) atau kuratif maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental dan sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat:

Disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat atau pilar utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
  • Epidemiologi
  • Biostatistik / Statistik kesehatan
  • Kesehatan lingkungan
  • Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
  • Gizi masyarakat
  • Kesehatan kerja
Kemudian, secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
  • Pemberantasan penyakit
  • Perbaikan sanitasi lingkungan
  • Perbaikan lingkungan permukiman
  • Pemberantasan vektor
  • Pendidikan / penyuluhan kesehatan masyarakat
  • Pelayanan kesehatan ibu dan anak
  • Pembinaan gizi masyarakat
  • Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
  • Pengawasan obat dan minuman
  • Pembinaan peran serta masyarakat
Kesehatan Masyarakat Veteriner

Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) merupakan bagian penting dari aktivitas masyarakat karena merupakan rantai penghubung antara bidang pertanian dan kesehatan manusia berkaitan dengan pengobatan, pengendalian dan pencegahan penyakit zoonosa (zoonosis) serta penyakit yang ditularkan melalui makanan (food borne disease) (Wuryaningsih, 2013).

Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat Veteriner
  • Daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal)
Daging ASUH adalah singkatan dari Aman, Sehat, Utuh, dan Halal. Aman mengandung arti bahan daging tidak mengandung bahaya-bahaya biologis, kimiawi, dan fisik atau bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Contohnya hewan ternak bebas dari panyakit. Sehat mempunyai arti bahwa daging harus mengandung bahan-bahan yang diperlukan dalam tubuh yang dapat menyehatkan manusia atau bahan pangan tersebut harus baik untuk  kesehatan.Contohnya pada daging sehat mempunyai kriteria sebagai berikut: bersih, terang/mengkilap, warna cerah, lapisan luar daging kering. Daging yang sudah ditiriskan  (dilayukan) tidak berdarah. Aroma/bau tidak amis dan tidak bau asamatau busuk. Daging masih elastis dan tidak kaku. Utuh mengandung arti bahwadaging tidak dikurangi atau dicampur dengan bahan lain. Contohnya daging yang masih segar (bukan daging glonggongan). Terakhir adalah halal, daging yang halal diperoleh dari penyembelihan dengan syariat umat islam.

Bahaya atau hazard yang berkaitan dengan keamanan pangan asal ternak dapat terjadi pada setiap mata rantai, mulai dari praproduksi di produsen, pascaproduksi sampai produk tersebut didistribusikan dan disajikan kepada konsumen. Bahaya tersebut meliputi: (1) penyakit ternak; (2)penyakit yang ditularkan melalui pangan atau yang disebut food borne diseases; serta (3) cemaran atau kontaminan bahan kimia dan bahan toksik lainnya. Kelompok pertama berupa penyakit ternak menular dan biasanya terjadi pada proses praproduksi, yaitu penyakit yang menyerang ternak pada proses pemeliharaan. Penyakit ini selain mempengaruhi kesehatan ternak juga menentukan mutu dan keamanan produknya. Beberapa penyakit ternak utama yang perlu mendapat perhatian adalah antraks, BSE, virus nipah (Encephalitis), tuberkulosis, radang paha, dan cysticercosis pada sapi. Kelompok kedua adalah penyakit bakterial yang ditularkan melalui pangan. Kejadian penyakit ini dapat timbul melalui infeksi bakteri atau intoksikasi dari toksin yang dihasilkan bakteri tersebut. Beberapa penyakit bakterial yang dapat ditularkan melalui pangan adalah salmonellosis, enteritis Clostridium perfringens, intoksikasi Staphylococcus, campylobacteriosis, dan hemorrhagic colitis.

Kelompok ketiga adalah cemaran (kontaminan) bahan kimia dan bahan toksik lainnya. Dalam hal ini, daging, susu, dan telur dapat tercemar obat-obatan, senyawa kimia, dan toksin baik pada waktu proses praproduksi maupun produksi. Residu obat seperti antibiotik dapat dijumpai pada daging bila pemakaian obat-obatan hewan tidak sesuai dengan petunjuk yang diberikan, misalnya waktu henti obat tidak dipatuhi menjelang hewan akan dipotong. Senyawa kimia dan toksin seperti pestisida, logam berat, dan mikotoksin/aflatoksin dapat mengkontaminasi pakan ternak dan pada gilirannya akan tertimbun dalam jaringan tubuh ternak.

Program – program Kesehatan Masyarakat Veteriner
  • Pengembangan sistem jaminan keamanan produk asal hewan
Dalam melaksanakan program sistem jaminan keamanan produk hewan tersebut direktorat kesmavet atau aparat pemerintah :
  • Menyediakan produk pangan hewani yang ASUH dan produk hewan yang sehat dan berkualitas melalui pengawasan hygiene dan sanitasi serta pengendalian residu dan cemaran mikroba.
  • Melindungi sumber daya hewan dan masyarakat konsumen di dalam negeri melalui pengawasan peredaran dan analisa resiko terhadap pemasukan produk pangan hewani.
  • Melindungi dan meningkatkan kualitas sumber daya hewani melalui pengawasan pemasukan produk hewan non pangan.
  • Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam kesejahteraan hewan dapat dilakukan dengan cara :
  1. Pembinaan Praktek Hygiene (nomor registrasi/NKV dan Labelisasi)
  2. Penerapan Sistem HACCP
  3. Penyusunan dan pembinaan penerapan SNI produk asal hewan
  4. Sosialisasi peduli ASUH
  • Pengembangan sistem pencegahan penyebaran penyakit (PHMU dan zoonosis)
  • Pengawasan pemasukan produk asal hewan
  1. Penerapan Kebijakan Pengamatan Maksimum
  2. Penyusunan Prosedur Pemasukan Produk Asal Hewan dari Luar Negeri
  3. Penerapan labelisasi produk peternakan baik produk lokal maupun produk eksimpor yang beredar. Labelisasi merupakan tanda bahwa keamanan dan kesehatan suatu produk telah diperiksa oleh petugas pengawas kesmavet berwenang setempat sebelum produk diedarkan kepada konsumen dan produk berasal dari unti sarana produksi yang telah memenuhi persyaratan kesmavet dan dicerminkan melalui NKV yangtercantum pada label.
  • Pengawasan peredaran produk asal hewan
  1. Pelatihan PPNS
  2. Pelatihan petugas pengawas Kesmavet
  • Pengembangan sistem pengendalian residu dan cemaran mikroba
Untuk mengantisipasi kemungkinan pencemaran tersebut diperlukan suatu system pengawasan keamanan dan mutu produk pangan hewani, sejak pra produksi hingga siap dihidangkan kepada konsumen (safe from farm to table consept), yang memenuhi prinsip-prinsip dasar pengawasan yaitu: 1) tindakan pencegahan dini (preventive measures), 2)pengawasan proses produksi mulai tahap awal sampai distribusi produk akhir (in-process inspection), 3) dokumentasi prosedur dan hasil pengawasan dengan baik dan benar (record keeping), dan 4) pengujian laboratorium (laboratory testing).

Kesimpulan
 
  • Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang multi disipliner, karena pada dasarnya masalah kesehatan masyarakat bersifat multikausal, sehingga untuk menyelesaikan atau pemecahan masalah dilakukan secara multidisiplin. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (fisik, mental dan sosial) atau kuratif maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental dan sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat
  • Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) merupakan bagian penting dari aktivitas masyarakat karena merupakan rantai penghubung antara bidang pertanian dan kesehatan manusia berkaitan dengan pengobatan, pengendalian dan pencegahan penyakit zoonosa (zoonosis) serta penyakit yang ditularkan melalui makanan (food borne disease)

Referensi

Bahri S. 2008. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak Di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(3), 2008: 225-242.
Dierektur Kesehatan Hewan. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia Cetakan ke-2. Jakarta: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Quinn, P. J.; Markey, B. K.; Carter, M. E.; Donnelly, W. J. C.; Leonard, F. C.; Maghire, D. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Australia: Blackwell Science
Ressang, A. A. 1983. Patologi Khusus Veteriner. Bali : Tean Leader IFAD Project
Soeharsono. 2002. Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Comments

Popular posts from this blog

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA

Pemikiran Susanne K. Langer Dalam Memabaca Simbol Pada Seni