Cara Penanganan Kasus Jembrana & Program Pencegahannya
Skenario ORF Sapi Berkeringat Darah, yaitu :
“Cara penanganan kasus Jembrana serta program pencegahannya.”
Penyakit Jembrana adalah penyakit akut pada sapi Bali yang ditandai dengan demam dan pembengkakan kelenjar limfe di bawah kulit. Penyakit ini muncul pertama kali di Kabupaten Jembrana pada tahun 1964 dan menimbulkan kematian puluhan ribu ekor sapi Bali, disebabkan oleh Lentivirus dari famili Retroviridae. Penyakit Jembrana termasuk penyakit strategis, karena penyakit ini hanya menyerang sapi Bali, yang selama ini diketahui bahwa sapi Bali merupakan sapi primadona Indonesia yang mempunyai kualitas daging yang cukup baik. Maka dari itu, pelestarian sapi ini merupakan upaya yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Penyakit jembrana (JD) sejauh ini tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini. Peranan vector dalam penyebaran penyakit ini sangat besar, yaitu lewat penyakit insect born, seperti : Culicoides sp dan nyamuk.
Dalam Seminar Nasional Penyakit dirumuskan bahwa,
Menurut Undang-undang No.47 Tahun 2014 Tentang Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan, tindakan yang termasuk dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan meliputi kegiatan:
Penyakit Jembrana dapat didiagnosis oleh petugas lapangan dengan melihat gambaran klinis penyakit berupa demam tinggi, yang diikuti dengan diare berdarah, keringat berdarah dan pembesaran limfoglandula yang khas pada Penyakit Jembrana. Selanjutnya dikonfirmasi di laboratorium.
Referensi juga menyebutkan bahwa, dalam rangka menegakkan diagnosa Penyakit Jembrana secara tepat dan akurat dapat dilakukan dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk konfirmasi diagnosa lapangan atau uji laboratorium lainnya.
ADMINISTRATIF :
Untuk pengendalian penyakit Jembrana dapat dilakukan langkah-langkah, antara lain: regulasi penanggulangan penyakit Jembrana, karantina yang ketat bagi hewan yang masuk atau keluar, pembinasaan segera hewan yang mati, kotoran atau material kandang yang tercemar dengan kremasi, disinfeksi kandang dan fasilitasnya, serta tindakan sanitasi dan higiene umum pada kandang dan personalianya.
Penanggulangan penyakit secara umum dilakukan dengan cara pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan, yaitu mengupayakan agar virus tidak menyebar, tindakan tersebut meliputi:
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo P. Putro. 2004 . Pencegahan, Pengendalian Dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis Dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong. Yogyakarta : Bagian Reproduksi Dan Obstetri, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tarmudji. 2007 . Penyakit Strategis Ruminansia Besar Dan Pelayanan Diagnosisnya Di Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Bogor : Balai Penelitian Veteriner
“Cara penanganan kasus Jembrana serta program pencegahannya.”
Penyakit Jembrana adalah penyakit akut pada sapi Bali yang ditandai dengan demam dan pembengkakan kelenjar limfe di bawah kulit. Penyakit ini muncul pertama kali di Kabupaten Jembrana pada tahun 1964 dan menimbulkan kematian puluhan ribu ekor sapi Bali, disebabkan oleh Lentivirus dari famili Retroviridae. Penyakit Jembrana termasuk penyakit strategis, karena penyakit ini hanya menyerang sapi Bali, yang selama ini diketahui bahwa sapi Bali merupakan sapi primadona Indonesia yang mempunyai kualitas daging yang cukup baik. Maka dari itu, pelestarian sapi ini merupakan upaya yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Penyakit jembrana (JD) sejauh ini tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini. Peranan vector dalam penyebaran penyakit ini sangat besar, yaitu lewat penyakit insect born, seperti : Culicoides sp dan nyamuk.
Dalam Seminar Nasional Penyakit dirumuskan bahwa,
- Penyakit Jembrana merupakan penyakit menular yang unik dan khas pada sapi Bali,
- Terdapat hanya di Indonesia,
- Disebabkan oleh virus Retro yang bersifat akut dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh hewan serta
- Merupakan tantangan bagi dokter hewan diIndonesia.
Menurut Undang-undang No.47 Tahun 2014 Tentang Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan, tindakan yang termasuk dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan meliputi kegiatan:
- Pengamatan dan pengidentifikasian Penyakit Hewan;
Penyakit Jembrana dapat didiagnosis oleh petugas lapangan dengan melihat gambaran klinis penyakit berupa demam tinggi, yang diikuti dengan diare berdarah, keringat berdarah dan pembesaran limfoglandula yang khas pada Penyakit Jembrana. Selanjutnya dikonfirmasi di laboratorium.
Referensi juga menyebutkan bahwa, dalam rangka menegakkan diagnosa Penyakit Jembrana secara tepat dan akurat dapat dilakukan dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk konfirmasi diagnosa lapangan atau uji laboratorium lainnya.
- Pencegahan Penyakit Hewan;
ADMINISTRATIF :
- Lapor kepada Pemerintah Daerah tentang adanya wabah dan tindakan yang diambil
- Bila dipandang perlu SK Kepala Pemerintah Daerah untuk menutup /pembatasan lalu lintas.
- Tindakan selanjutnya berdasarkan peraturan yang berlaku.
- Pada Daerah bebas : Pelarangan sapi dari daerah tertular masuk ke daerah bebas.
- Pada daerah endemis : Vaksinasi dan Penyemprotan pestisida. Vaksinasi Jembrana dilakukan sebanyak 2 x setahun. Vaksin kedua (booster) diberikan 1 bulan sejak vaksin pertama.
- Pada daerah tertular : Pemberantasan vector, Pengobatan supportif seperti antibiotic dan vitamin, isolasi ternak, pemusnahan, pemotongan bersyarat.
- Pemberantasan dan pengendalian Penyakit Hewan;
Untuk pengendalian penyakit Jembrana dapat dilakukan langkah-langkah, antara lain: regulasi penanggulangan penyakit Jembrana, karantina yang ketat bagi hewan yang masuk atau keluar, pembinasaan segera hewan yang mati, kotoran atau material kandang yang tercemar dengan kremasi, disinfeksi kandang dan fasilitasnya, serta tindakan sanitasi dan higiene umum pada kandang dan personalianya.
Penanggulangan penyakit secara umum dilakukan dengan cara pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan, yaitu mengupayakan agar virus tidak menyebar, tindakan tersebut meliputi:
- Karantina; Memelihara secara terpisah sapi yang baru datang dari lingkungan lain ke lokasi peternakan untuk beberapa hari, setelah itu jika sapi baru tersebut ternyata sehat maka dapat dipelihara bersama dengan sapi yang telah ada di lokasi.
- Isolasi; Mengandakan secara terpisah sapi yang sakit sampai sapi tersebut sembuh.
- Sanitasi; Membersihkan kandang dan lingkungannya setiap hari, supaya tidak ada sampah dan limbah menumpuk di sekitar kandang, karena tumpukan sampah dan limbah merupakan tempat persembunyian dan pembiakan serangga. Sebaiknya sampah dan limbah segera diproses menjadi pupuk/kompos, karena proses pengomposan dapat memayikan telur dan larva serangga yang ada didalamnya.
- Spraying; Menyemprot kandang dengan anti serangga secara berkala sesuai dengan aturan dan rekomendasi dinas peternak.
- Memelihara sapi secara baik; Memberinya cukup pakan dan menyediakan kandang yang layak supaya tubuh sapi menjadi kuat sebab tubuh yang kuat akan dapat bertahan dan mampu melawan penyakit/virus yang menyerangnya.
- Vaksinasi; Memberikan vaksin jembrana sesuai dengan aturan kepada semua sapi yang sehat, supaya pada setiap sapi terbentuk kekebalan terhadap penyakit jembrana.
- Pengobatan Hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo P. Putro. 2004 . Pencegahan, Pengendalian Dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis Dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong. Yogyakarta : Bagian Reproduksi Dan Obstetri, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tarmudji. 2007 . Penyakit Strategis Ruminansia Besar Dan Pelayanan Diagnosisnya Di Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Bogor : Balai Penelitian Veteriner
Comments
Post a Comment