Cara Mengetahui Kualitas Air Mani Dan Mekanisme Kerja Hormon

Pemereriksaan kualitas semen dan hormon-hormon reproduksi jantan dan mekanisme kerja hormon pada bermacam-macam hewan serta formulasi pakan yang baik untuk memenuhi hidup pokok dan mendukung reproduksi sapi jantan
  • Metode Pemeriksaan Kualitas Semen
Uji kualitas spermatozoa ada dua tahap :

Uji Makroskopis
  • Warna
Semen yang normal mempunyai warna putih susu sampai kekuningan. Bila warnanya coklat atau kemerahan berarti semen tersebut telah bercampur dengan darah atau nanah karena adanya luka pada saluran kelamin.
  • Bau
Semen mempunyai bau yang khas.
  • Volume
Volume semen pada satu kali ejakulasi dan dapat dilihat dari tabung penampungan yang berskala.
  • Konsistensi
Kekentalan semen yaitu konsistensi ini berkorelasi dengan konsentrasi spermatozoa. Peniliannya bisa encer, agak kental, kental.
  • pH
pH dapat dilihat dengan menggunakan kertas lakmus. Semen yang normal mempunyai pH 6,2–7,8.

Uji Mikroskopis
  • Motilitas Massa
Pergerakan dari kumpulan spermatozoa, caranya semen segar diletakkan diatas obyek glass tanpa ditutup cover glass dan dilihat di mikroskop dengan perbesaran 100x.

Penilaian motililitas massa :

(+ + + ) jika spematozoa tersebut kelihatan seperti kumpulan awan gelap yang bergerak aktif dan sangat cepat seperti awan gelap ketika akan turun hujan.
( + + ) jika spermatozoa tersebut kelihatan saperti awan gelap tetapi gerakannya tidak terlalu cepat.
( + ) jika yang terlihat hanya pergerakan individu saja dan tidak ada kumpulan spermatozoa.
( 0 ) jika spermatozoa tidak bergerak.
  • Motilitas Individu
Pergerakan individu dari spermatozoa tersebut, caranya semen diletakkan di atas object glass dan ditutup cover glass serta diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 400x. Penilaian Motilitas individu ini dilihat berapa spermatozoa yang bergerak progresif kedepan (pergerakan mundur dan melingkar tidak di ikut sertakan) dibandingkan dengan spermatozoa yang diam ditempat. Penilaian motilitas individu ini dalam bentuk prosentase spermatozoa yang bergerak.
  • Konsentrasi
Konsentrasi adalah menghitung jumlah spermatozoa dalam satu ml semen.
Cara perhitungan :
  1. Semen disedot dengan pipet eritrosit sampai angka 0,5.
  2. NaCl 3% disedot pada pipet eritrosit tadi sampai angka 1,01 atau 11.
  3. Dikocok dengan membentuk angka 8 selama 2–3 menit.
  4. Dibuang 2–3 tetes, kemudian dikocok lagi selama 1 menit dan dibuang 1 tetes.
  5. Diteteskan pada obyek sitometer thoma (haemocytometer) dan ditutup cover glass serta diamati dengan perbesaran 400x.
  6. Jumlah spermatozoa dihitung pada lima kotak besar (satu kotak besar ada 16 kotak kecil), yaitu pada empat kotak besar pojok dan satu kotak besar tengah atau diagonal dari kiri kanan ke kanan bawah).
  7. Jumlah spermatozoa pada kelima kotak tersebut dikalikan 107 dan konsentrasi spermatozoa yang didapatkan. Misalnya, jumlah spermatozoa dalam kelima kotak tersebut ada 150, berarti konsentrasi yang didapatkan adalah 150×107 atau 1500×106 per ml.
  • Viabilitas (persentase hidup–mati)
Penentuannya dengan membuat ulasan eosin–negrosin, kemudian dihitung dalam bentuk persentase antara sperma yang hidup dan mati.
Cara pembuatan ulasan :
  1. Semen diletakkan diatas object glass dengan menggunakan ose kemudian disampingnya diberi eosin–negrosin dengan menggunakan ose.
  2. Semen dan eosin–negrosin tersebut diaduk dengan menggunakan ose dan diulas dengan menggunakan cover glass dengan  membentuk sudut 300.
  3. Ulasan dikeringkan dan selanjutnya diamati dibawah mikroskop perbesaran 400x.
  4. Spermatozoa yang hidup (tidak menyerap warna) dan spermatozoa yang mati (menyerap warna) dihitung. Jumlah antara sperma yang hidup dan yang mati minimal 200 spermatozoa.
  5. Persentase spermatozoa hidup dibandingkan dengan spermatozoa mati.
  • Abnormalitas
Cara perhitungan dan pembuatan ulasan sama dengan cara menghitung viabilitas, hanya saja dibandingkan antara spermatozoa yang normal dan abnormal. Spermatozoa abnormal bisa dilihat dari bentuk morfologi spermatozoa itu sendiri, bentuk-bentuk spermatozoa abnormal diantaranya adalah kepala yang terlalu besar, ekornya putus, ekor bercabang, ekornya melingkar dan sebagainya.
  • Mengenai hormon reproduksi jantan dan mekanisme kerja hormon pada bermaccam macam hewan

Telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber hormon reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH (Gonadotrophin Releasing Hormone) yang kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan hormon FSH (Folicle Stimulating Hormone)  dan hormon  LH (Luteinizing Hormone). Kemudian  FSH sendiri berfungsi untuk menstimulasi sel sertoli untuk menghasilkan inhibin dan Androgen Binding Protein (ABP).  Serta LH akan  memicu sel leydig untuk memproduksi testosteron. Sehingga testosteron akan berikatan dengan ABP dan menuju pembuluh darah untuk proses spermatogenesis. Sedangkan inhibin yang dihasilkan sel sertoli akan memberikan feedback negtaive kepada FSH ketika  proses spermatogenesis sudah terjadi. Dan testosteron juga akan memberikan feedback negative kepada hipothalamus untuk menghentikan produksi GnRh, FSH dan LH.
  • Formulasi pakan yang baik untuk memenuhi hidup pokok dan mendukung reproduksi sapi jantan
Ransum seimbang adalah ransum yang diberikan selama 24 jam yang mengandung semua zat nutrisi dalam arti jumlah dan macam nilai nutrisinya dalam perbandingan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak.Ransum yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan syarat mutlak dihasilkannya produktivitas yang optimal, baik pada ternak masa pertumbuhan, laktasi maupun pada usaha penggemukan, tentunya dengan selalu memperhatikan harga pakan yang ekonomis, serta pakan tersedia secara kontinyu.

Dalam usaha peternakan, pakan merupakan faktor yang sangat menentukan . Pakan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, domba dan kerbau sebagian besar berupa hijauan. Bagi para peternak yang lebih maju umumnya juga telah memberi pakan konsentrat terutama untuk penggemukan (ternak potong) dan induk laktasi (ternak perah).Kebutuhan zat–zat nutrisi bagi ternak tergantung pada berat, fase pertumbuhan atau reproduksi dan laju pertumbuhan atau pertambahan bobot badan harian yang dapat dicapai oleh seekor ternak. Semua zat pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu sama lain. Oleh sebab itu tidak ekonomis apabila ternak diberikan zat pakan dalam jumlah yang banyak.

Setelah mengetahui hal – hal tersebut diatas maka barulah ditentukan jenis bahan-bahan pakan yang tersedia atau yang dapat disediakan dan komposisi zat–zat gizi dari bahan-bahan pakan yang tersedia itu. Pakan atau Ransum, merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrisi yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi maupun reproduksi. Pada umumnya ransum, untuk ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan atau pakan berserat (roughages) dan pakan penguat atau konsentrat.

Pakan pokok (basal) dapat berupa rumput alam, rumput budidaya, leguminosa, perdu, pohon-pohonan serta imbah pertanian (jerami padi, daun jerami jagung, pucuk tebu, jerami kacang tanah) dan tanaman pertanian lainnya.. Sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji-bijian, bungkil, umbi–umbian, bahan pakan asal ternak, dan limbah industri seperti bekatul dan tepung ikan.. Untuk  melengkapi kebutuhan ternak biasanya diberikan pula bahan pakan tambahan (feed additive) berupa vitamin, mineral, antibiotik, hormon dan lainnya.Sapi–sapi untuk tujuan penggemukan, dengan pemberian pakan hijauan saja tanpa adanya penambahan pakan lain berupa konsentrat tidak mungkin akan mencapai bobot badan yang diharapkan. Penambahan bobot badan harian yang maksimal akan dapat dicapai manakala ransum yang diberikan terdiri dari hijauan berupa campuran rumput - rumputan dan daun leguminosa dengan tambahan konsentrat serta bila diperlukan adanya tambahan feed additive.(vitamin, mineral, hormon, antibiotik dan lainnya).

Dalam memilih bahan pakan ternak, maka perlu memperhatikan nilai gizi atau nilai nutrisi bahan pakan tersebut. Nilai gizi adalah zat–zat kimia yang terdapat dalam pakan yang berguna untuk kelangsungan hidup ternak, meliputi protein, energi, mineral, vitamin dan air. Nutirisi tersebut dibutuhkan oleh ternak untuk menjaga metabolisme basal dan produksi. Diantara zat nutrisi tersebut maka energi dan protein dibutuhkan dalam kuantitas atau jumlah yang besar dan menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan ransum.

TAHAPAN PENYUSUNAN RANSUM SEIMBANG

Untuk menyusun ransum seimbang yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan tujuan pemeliharaan dan status faali (kebutuhan pokok hidup) sapi potong diperlukan tahapan sebagai berikut :
  1. Menyiapkan tabel kebutuhan zat nutrisi ternak. Pakan harus mampu menyediakan hampir semua nutrisi yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam suatu perbandingan yang serasi sesuai dengan status faali, pakan tidak perlu berlebihan bahkan harus efisien sehingga dapat memberikan keuntungan. Terdapat empat hal penting yang harus diperhatikan dalam menentukan kebutuhan zat nutrisi pada sapi potong, yaitu; jenis kelamin (jantan atau betina), berat badan, taraf pertumbuhan/status fisiologis (pedet, sapihan, bunting dan lain-lain) serta tingkat produksi.
  2. Menyiapkan tabel komposisi/kandungan nutrisi bahan pakan
MENYUSUN FORMULA PAKAN RANSUM SEIMBANG

Terdapat tiga macam metode yang biasa digunakan dalam penyusunan formula ransum pada sapi potong yaitu :
  1. Pearson square method,
  2. Least cost formulation dan
  3. Trial and error.
Saat ini telah pula tersedia beberapa soft ware atau program yang dapat di pergunakan untuk penyusunan formula ransum seperti MIXID atau aplikasi EXCEL. Untuk metode trial and error dapat dilakukan peternak dengan cara mengubah - ubah komposisi (persentase) bahan pakan dalam ransum dengan mempertimbangkan kriteria rasional, ekonomis dan aplikatif dan ketersediaan bahan pakan. Cara ini memerlukan kesabaran dan waktu yang relatif lama.

Pencampuran bahan pakan, terutama dalam membuat kosentrat dapat dilakukan di atas lantai dengan cara mengaduk aduk beberapa bahan pakan menggunakan alat pengaduk (sekop) dimulai dengan bahan pakan yang jumlahnya paling sedikit, sedang dan terbanyak.

MENYUSUN RANSUM SAPI DARA

Untuk penyusunan ransum seimbang pada sapi dara dengan bobot badan (BB)300 kg dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) 500 gr/hari.

Bahan pakan yang tersedia dalam penyusunan ransum seimbang sapi dara adalah jerami padi, dedak halus kampung dan bungkil kelapa. Konsumsi jerami padi dibatasi 1,33 % dari bobot badan sapi.
Langkah – langkah dalam penyusunan ransum sapi dara sebagai berikut :

Kebutuhan zat nutrisi untuk sapi dara dengan bobot (BB) 300 kg dengan kenaikan bobot badan harian (PBBH) 500 gram/hari di tampilkan seperti pada tabel 1,

Setelah kebutuhan zat nutrisi diketahui, maka perlu di cari komposisi zat nutrient bahan pakan jerami padi, dedak halus kampung dan bungkil kelapa, seperti di tampilkan pada tabel 2.
Konsumsi bahan kering (BK) jerami padi = 1,33 % x 300 = 3,99 kg atau dibulatkan 4 kg. Kemudian di hitung zat – zat makanan yang dapat disediakan oleh 4 kg jerami padi dan dibandingkan dengan kebutuhan pada tabel tabel 3
Kekurangan bahan kering (BK) sebesar 3,1  kg dan protein kasar (PK) 364,0 gram tersebut harus dipenuhi oleh campuran dedak halus kampung dan bungkil kelapa, yang mengandung PK sebesar masing – masing = (327/3100) x 100 % =  10,9 %
Menghitung zat – zat makanan yang dapat disediakan oleh dedak halus kampung. Bungkil kelapa dan jerami padi. Kemudian hasil perhitungan di masukan dalam tabel dan dibandingkan dengan kebutuhan zat nutrisi seperti pada tabel 4
Jadi  ransum telah seimbang dalam hal  protein dan energi/perbandingan Ca : P yang dideal 1 : 1. untuk mencapai perbandingan tersebut, maka di dalam ransum harus ditambahkan Calsium Carbonat (CaCO3). Sumber CaCO3 mengandung Ca sebesar 36 %. Untuk mencapai kesimbangan tersebut, maka didalam ransum harus ditambahkan kapur sebanyak (41 – 25)/0,36 = 44,44 gram.
Menghitung susunan ransum dalam bentuk segar adalah sebagai berikut:
Jerami padi = (100/59) x 4,00 kg = 6,8 kg.
Dedak halus kampung = (100/60,5) x 2,06 kg = 3,40 kg
Bungkil kelapa = (100/78,3) x 1,06 kg = 1,35 kg

  1. Caco3 = 44,44 gram.

Comments

Popular posts from this blog

BULAN DAN KERUPUK KARYA YUSEP MULDIANA

Naskah Drama Teater - Mak Comblang

Naskah Drama - THE LOVER KARYA HAROLD PINTER